Mereka membuat simulasi dengan persamaan deferensial berdasarkan kecepatan pertambahan kasus positif virus corona di Indonesia selama ini.
Simulasi ini juga untuk menjawab perdebatan apakah Indonesia harus melakukan kebijakan lockdown atau tidak.
Baca Juga: Hati-hati! Konsumsi Ikan Mujair Berdampak Buruk Bagi Kesehatan, Berikut 5 Fakta Mengejutkan Lainnya
Sutanto menyebut lockdown mungkin kan berdampak besar bagi negara, misalnya perekonomian akan lumpuh dalam beberapa waktu.
Namun, ini akan berdampak besar, dan sangat efektif menghentikan wabah dalam waktu yang lebih singkat.
"Saat ini tingkat kematian, pasien Covid-19 cukup tinggi, mulai dari 8,4% naik menjadi 9% tapi kini turun lagi menjadi 8,6%," katanya.
Artinya orang sehat saja bisa terinfeksi sewaktu-waktu tanpa mengetahui apakah dia terinfeksi atau tidak.
Baca Juga: WHO Tegaskan Virus Corona Tidak Menyebar Melalui Udara, Begini Penjelasannya
Hingga akhirnya baru ketahuan ketika sudah parah dan akhirnya meninggal dunia, sebut Sutanto dalam video presentasinya di akun Facebook Selasa (24/3).
Hal yang berbahaya adalah ketika seseorang terinfeksi namun tidak menyadari dia juga menularkan ke orang-orang yang sehat.
Faktor inilah yang dinilai membuat wabah virus corona sangat sulit untuk hilang dari Indonesia, apa lagi dengan rasio kematian yang lumayan tinggi.
Simulasi yang dilakukan Sutanto dan timnya membagi kondisi masyarakat menjadi empat susceptible (rentan), infected (terinfeksi) quarantined (dikarantina) dan recovered (sembuh).