Ia menambahkan, alat tersebut terintegrasi dengan sistem, fasilitas, laboratorium yang memadai dan terstandar, juga SDM yang dapat mengoperasikannya.”
Menurut Frilasita, virus corona ada banyak sekali, tapi hanya ada enam yang dapat menyerang manusia.
Tiga diantaranya hanya menyebabkan flu, yang gejalanya sangat ringan sehingga hampir tidak terdeteksi, sementara SARS, MERS, dan COVID-19 mengancam nyawa manusia.
Untuk mendeteksi virus corona, LBM Eijkman menggunakan metode kombinasi, teknik PCR dan sequencing dengan gen RNA-dependent RNA Polymerase (RdRP) virus yang membantu proses identifikasi. "Dalam penanganan virus corona, LBM Eijkman mempunyal fasilitas laboratorium tersertifikasi untuk menangani patogen risiko tinggi yakni laboratorium Biosafety Level (BSL) -2 dan -3," katanya.
Melalui pendekatan bio-molekuler, virus corona dapat terdeteksi dengan akurat.
LBM Eijkman telah memiliki kapasitas dan kemampuan dalam mendeteksi secara sensitif dan spesifik keberadaan virus COVID-19.
Setidaknya sejak 2015, LBM Eijkman telah meneliti dan mempublikasikan empat penelitian coronavirus Human CoV OC43.
Pernyataan ini dapat menjadi bantahan klaim peneliti Harvard terkait Indonesia yang tidak memiliki kemampuan mendeteksi virus corona yang cukup.
Frilasita berharap, keterangannya dapat menguatkan kepercayaan masyarakat Indonesia dan Internasional bahwa di Indonesia memang saat ini tidak terdapat kasus positif COVID-19 bukan karena tidak memiliki kapasitas yang memadai.
Artikel ini telah tayang di National Geographic dengan judul LBM Eijkman: Indonesia Sudah Lama Punya Alat Pendeteksi Virus Corona