Dalam indeks glemik ini, nilai pasta lebih rendah daripada makanan lain yang dibuat dengan biji-bijian olahan, seperti roti putih.
Namun studi yang diterbitkan dalam BMJ Open ini hanya dapat memberi tahu kita tentang makan pasta dalam konteks diet GI.
Jadi para peneliti menyarankan sebaiknya jangan menyalahgunakan hasil penelitian ini untuk mengonsumsi spaghetti sebagai makanan rutinitas sehari-hari.
“Percobaan di masa depan harus menilai efek pasta dalam konteks pola diet ‘sehat’ lainnya,” tulis mereka dalam penelitian.(*)
Artikel ini telah tayang di Nakita dengan judul,“Berita Kesehatan: Penelitian Menunjukan Pasta Bisa Menjadi Makanan Penurun Berat Badan”