Kami terpencar lagi sampai ke dekat Kahju untuk melihat dan mencari adik kami serta keponakan.
Baca Juga: Keajaiban Dunia Ke-8 ini Sempat Dianggap Lenyap dan Masih Menjadi Misteri Selama 125 Tahun
Namun hingga sore hari tidak satupun jasad kami temukan.
“Beruntung mamak datang, andainya tidak datang dan tidak melihat kondisi kerusakan mungkin kita dipersalahkan tidak mencari kakak dan anak-anaknya,” ujar Muhammad waktu itu.
Saat keliling kawasan Darussalam berjumpa Fauzi (karyawan bidang Layout Serambi), ia sedang bingung dengan kereta sorong berisi mayat istrinya hendak dibawa ke mana.
Beberapa saat kemudian, kami bertemu Asnawi (Wartawan Serambi) di jembatan Lamnyong, Darussalam, Asnawi dengan suara bergetar langsung menangis ketika melihat kami.
Sore hari kami putuskan, keluarga yang masih ada langsung bawa pulang ke Bireuen dan Peureulak.
Keesokan harinya saya bersama keluarga dan lainnya bergerak lagi mencari Zawiyah dan anak-anaknya.
Usaha mencari dilakukan berkali-kali menelusuri tempat pengungsian di sepanjang jalan Bireuen-Banda Aceh.
Bahkan sampai ke Medan, mungkin ada satu atau dua orang yang selamat berada di tempat pengungian.
Berselang dua bulan kemudian, kami baru bisa melihat pertapakan rumah dan menandai, rumah sudah rata dengan tanah.
Pertapakan rumah tinggal tanda saja dan hingga saat ini belum ada rumah bantuan sebagaimanakorban lainnya.