Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Beratnya Mencapai 100 Kilo, Begini Rupa Keranda Tertua di Indonesia

None - Rabu, 25 Desember 2019 | 12:00
Kisah Keranda Tertua di Indonesia, Beratnya Mencapai 100 Kg
Tribun Bali

Kisah Keranda Tertua di Indonesia, Beratnya Mencapai 100 Kg

Gridhype.id– Keranda digunakan oleh umat muslim di Indonesia sebagai alat untuk mengantarkan jenazah ke liang lahat.

Biasanya keranda akan di panggul oleh empat orang

Namun tahukah kamu, berapa berat keranda tertua di Indonesia.

Keranda jenazah ini sangat berat sehingga tak cukup hanya 4 orang yang membawanya.

Baca Juga: Antar Anaknya Ke Luar Sekolah, Ibu ini Terkejut Saaat Temukan Tempat Prostitusi di Dekat Sekolah Sang Anak

Untuk membawa keranda saja, diperlukan sebanyak delapan orang. Kayu tua ini terlihat kokoh hingga saat ini.

Keberadaan Kampung Jawa di Dusun Wanasari, Desa Dauh Puri Kaja, Denpasar Utara memiliki kelindan sejarah panjang di Bali.

Sejarah ini bisa ditelusuri dari keberadaan bukti sejarah otentik yakni berupa keranda jenazah yang berada di TPU Wanasari Maruti 13.

Sayangnya, hingga kini asal-usul sejarah keranda ini belum terungkap.

Baca Juga: Wanita ini Sekarat Usai Makan Okonomiyaki Buatannya Sendiri, Ternyata Penyebabnya dari Tepung Terigu yang Ia Gunakan

Wakil Ketua Yayasan Pemakaman Muslim Wanasari Maruti 13, Sumartono (60) mengatakan, keranda ini merupakan salah satu bukti otentik terkait sejarah keberadaan Kampung Jawa di Bali yang masih ada.

Namun dalam mengungkap klausul awal mula sejarahnya, pihaknya masih menemui sejumlah kendala, khususnya soal minimnya saksi atau pelaku sejarah.

''Hingga saat ini kita belum ada data pasti soal sejarah keranda ini. Saksi sejarah para tetua kita di sini sudah meninggal semua,'' ungkapnya kepada Tribun Bali, Selasa (7/5/2019).

Sejatinya masih ada tetua generasi kedua yang mengetahui kronologi sejarah Kampung Jawa.

Baca Juga: Jangan Lagi Coba Maskara yang Ada di Toko, Ada Bahaya Mengerikan ini yang Mengintaimu

Namanya Pak Subandi.

''Tapi beliau sekarang sudah sakit-sakitan dan sudah agak pikun. Kami juga kesulitan mau ngumpulin data validnya,'' ujarnya.

Petugas Yayasan Pemakaman TPU Wanasari Maruti 13 menunjukkan keranda jenazah legendaris yang disimpan di belakang kantor.

Keranda yang diperkirakan dibuat tahun 1929 ini tak lagi digunakan lantaran berat.

Kendati demikian, pihaknya dalam waktu dekat berencana menyusun data sejarah tertulis terkait semua hal terkait asal-usul Kampung Jawa, termasuk keranda jenazah yang disebut legendaris ini.

Baca Juga: 10 Gejala Penyakit Serius ini Bisa Dideteksi Lewat Kaki, Salah Satunya Infeksi Jantung Ditandai Garis Merah di Bawah Kuku Kaki

''Nanti kedepan kita memang berencana akan menjadikan keranda ini semacam kita museumkan juga."

"Untuk sejarah tertulisnya dalam waktu dekat akan kita susun, biar valid,'' kata pria asli kelahiran Denpasar ini.

Seperti pada umumnya, keranda jenazah ini berukuran standar 3x1 meter terbuat dari kayu jati dan dicat warna hijau.

Kondisinya sendiri masih terlihat kokoh, tanpa ada tanda dimakan usia.

Baca Juga: Mencegah Batu Ginjal Hingga Atasi Anemia, Berikut 5 Khasiat Batang Pisang Untuk Kesehatan yang Tak Banyak Diketahui

Pada bagian depan tudung, terdapat ukiran angka yang merujuk pada tahun pembuatan bertuliskan angka 1929.

Dari informasi yang dihimpun, keranda ini diperkirakan sudah ada dan digunakan warga sejak zaman kolonial Belanda sejak 1918-1929.

Keranda itu merupakan keranda pertama yang digunakan warga Kampung Jawa jika ada warga yang meninggal.

Mulanya, kata dia, total terdapat dua unit keranda. Namun, satu unit dibawa ke kampung Kecicang Islam, Karangasem.

Pada 2005, keranda ini sudah ‘pensiun’ untuk menggotong jenazah alias sudah tak lagi dipakai, baik di sini maupun di Karangasem, karena sudah ada keranda yang lebih ringan berbahan stainless steel.

''Karena memang berat sekali. Butuh lebih dari 8 orang untuk mengangkut satu jenazah. Belum ada jenazah saja sudah berat, ada sekitar 100 kg beratnya,'' ujarnya.

Bicara soal Kampung Jawa juga tak lepas dari peristiwa Perang Puputan 1906.

Dalam perang melawan kolonial Belanda, konon juga melibatkan perjuangan bersama antara prajurit pejuang Jawa dan Bali dalam mengusir penjajah di bawah Kerajaan Pemecutan Badung.

Baca Juga: Hati-Hati, Selalu Merasa Kesepian Bisa Berbhaya Bagi Kesehatan Loh, Berikut 5 Cara Terbaik Untuk Mengatasinya

Hal ini bisa ditelusuri melalui monumen atau prasasti di TPU Wanasari Maruti 13.

Dalam monumen ini mencatat 25 nama Moeda Djoeang/Syuhada Kemerdekaan Republik Indonesia Kampoeng Djawa Denpasar.

Dari perjuangan bersama inilah kemudian konon Raja Pemecutan Badung menghibahkan tanah di seputaran Jalan A Yani dan Maruti Denpasar sebagai lahan pemukiman para pejuang Jawa.

Lahan hibah ini kemudian menjadi pusat pemukiman hingga saat ini. (*)

Artikel ini telah tayang di tribun-bali.com dengan judul“Kisah Keranda Jenazah Tertua di Bali, Tertulis Angka 1929 Berbahan Kayu Jati & Berbobot 100 Kg”

Source :Tribun Bali

Editor : Hype

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Tag Popular

x