Usai Gempar Pasien Mutasi Virus Corona B.1.1.7, Terdeteksi N439K yang Diduga Miliki Hubungan Dekat dengan ACE2 Manusia, Apa Itu?

Rabu, 17 Maret 2021 | 06:45
Freepik.com

Ilustrasi virus corona.

GridHype.ID - Wabah virus corona sudah satu tahun menjadi momok.

Hingga kini, mutasi virus corona SARS-CoV-2 bisa menyebabkan banyak penyakit yang terus bermutasi.

Pemerintah pun memastikan kewaspadaannya akibat mutasi ini.

Baca Juga: Sebabkan Pembekuan Darah, 3 Negara di Eropa Hentikan Penggunaan Vaksin AstraZeneca, Begini Penjelasan WHO

Dilansir dari Kompas.com, "Mutasi selalu dipantau oleh pemerintah karena memang kita tahu bahwa mutasi itu selalu terjadi dan memang itu karakter dari virusnya," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Menular Langsung Ditjen P2P Kementerian Kesehatan Siti Nadia, Minggu (14/3/2021), dikutip dari Antara.

"Sejak awal pandemi Covid-19 sudah disampaikan bahwa memang negara harus memperhatikan terkait mutasi-mutasi virus ini," tambahnya.

Baru-baru ini, Indonesia menerima pasien dengan mutasi virus corona B.1.1.7 dari Inggris.

Baca Juga: Dapat Cegah Covid-19, Vaksin Novavax 96% Efektif Lawan Virus Corona Asli dan 86% untuk Varian Inggris dalam Uji Coba Tahap Akhir

Mutasi virus corona B.1.1.7 diumumkan masuk ke Indonesia pada Selasa (2/3/2021) oleh Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono.

Hingga saat ini, terdapat enam kasus mutasi virus corona B.1.1.7 yang tersebar di lima provinsi, yaitu Jawa Barat, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Selatan.

Kemenkes memastikan semua pasien yang terpapar mutasi virus corona B.1.1.7 sudah sembuh.

Baca Juga: PT Bio Farma Masih Jajaki 2 Perusahaan Produsen Penawar Virus Corona, Berikut Ulasan 3 Kandidat Vaksin Program Vaksinasi Gotong Royong

Selain itu, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, semua kontak erat dari dua kasus pertama mutasi virus corona B.1.1.7 yang dibawa WNI saat kembali dari Arab Saudi dinyatakan negatif.

"Untuk dua kasus yang pertama yang datang dari Arab Saudi, kasus Karawang, itu semua kontak eratnya sudah dites dan mereka negatif," kata Budi dalam konferensi pers, Senin (8/3/2021).

Sementara itu, untuk mutasi N439K sudah terdeteksi di Indonesia sejak November 2020, pemerintah masih belum memastikan apakah sudah ada mutasi virus ini.

Baca Juga: 1,1 Juta Dosis Penawar Virus Corona dari Inggris Tiba di Tanah Air, Apa Bedanya Vaksin AstraZeneca dengan Buatan China Sinovac?

Kendati demikian, IDI meminta agar masyarakat tetap mewaspadai adanya mutasi virus corona N439K ini.

Ketua Umum IDI Daeng M Faqih mengatakan, varian virus corona N439K sudah ditemukan di 30 negara dan lebih "pintar" dari virus corona yang ada sebelumnya.

"Varian N439K ini yang sudah lebih di 30 negara ternyata lebih smart dari varian sebelumnya karena ikatan terhadap reseptor ACE2 di sel manusia lebih kuat dan tidak dikenali oleh polyclonal antibody yang terbentuk dari imunitas orang yang pernah terinfeksi," ujar Daeng dalam keterangan tertulis, Rabu (10/3/2021).

Baca Juga: Digadang-gadang Mampu Tangkal Varian Inggris B.1.1.7, Kini Bisakah Vaksin Sinovac Efektof Tangkal Varian Brasil?

DIlansir dari GridHealth.ID, megutip dari News Medical Life Sciences menunjukkan lebih banyak perubahan fleksibilitas pada varian N439K, yang dapat mengakibatkan penataan ulang struktural dalam kompleks SARS-CoV-2 RBD-ACE2, yang mengarah pada ikatan yang lebih kuat.

Selanjutnya, kompleks virus yang bermutasi membentuk lebih banyak ikatan hidrogen daripada kompleks tipe liar.

Energi pengikatan kompleks N439K juga lebih tinggi dibandingkan dengan kompleks tipe liar.

Baca Juga: Peasien 02 Covid-19 Ngaku Makin Sulit Bernapas Meski Tak Banyak Aktivitas, WHO Desak Lebih Banyak Penelitian Mengenai 'Long Covid-19'

Ini menunjukkan bahwa virus mutan N439K memiliki hubungan yang lebih kuat dengan ACE2 manusia.

Pengikatan yang lebih kuat bisa jadi karena penggantian asparagin dengan lisin membentuk jembatan garam baru di kompleks dengan ACE2 manusia, yang dapat meningkatkan interaksi elektrostatis.

(*)

Editor : Nailul Iffah

Sumber : Kompas.com, Gridhealth.id

Baca Lainnya