Peasien 02 Covid-19 Ngaku Makin Sulit Bernapas Meski Tak Banyak Aktivitas, WHO Desak Lebih Banyak Penelitian Mengenai 'Long Covid-19'

Sabtu, 06 Maret 2021 | 13:15
depositphotos

Membedakan Hidung Tersumbat Sebagai Gejala COVID-19

GridHype.ID - Dampak jangkan panjang Covid-19 benar-benar terjadi dan dirasakan.

Salah satu pasien kedua Covid-19, Maria Darmaningsih mengaku kini alami dampak jangka panjang Covid-19 (long Covid-19).

Padahal dirinya sudah dinyatakan negatif Covid-19.

Baca Juga: Dunia Seolah Runtuh Saat Tahu Anak Kembarnya Terinfeksi Covid-19, Syahnaz Cuma Bisa Menangis

Maria mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi dan mengingat kejadian di masa lampau.

Dilansir dari Kompas.com, hal ini diungkap Maria seperti yang diungkapkannya.

"Saya rasanya pulih ya, tapi kadang-kadang ada memori yang suka agak lama terpikir. Misalnya, nama jalan. Saya sering dengar, kok, tapi lupa di mana?," kata Maria ketika dihubungi Kompas.com, Senin (1/3/2021).

Baca Juga: Ditemukan Pasien Positif Covid-19 Mutasi dari Inggris B.1.1.7 di Indonesia, Bisakah Vaksin Sinovac Tangkal Varian Baru Virus Corona Ini?

Selain itu, perempuan berusia 64 tahun ini mengaku makin sulit bernapas akhir-akhir ini.

Padahal aktivitas yang ia lakukan tidak terlalu berat, seperti berbicara ataupun jalan santai.

"Ini aku kadang alami long covid seperti ini, nih, napasnya kayak terengah-engah, kamu dengar kan?" tanya Maria.

"Dulu aku enggak gini. Kalau jalan pagi, sekarang tuh, kadang-kadang merasa, lho, kok capek, ya," imbuhnya.

Baca Juga: Punya Wajah Tampan yang Diwarisi dari Gen Amerika-Yunani, Ariel NOAH Pernah Nangis Sejadi-jadinya Sampai Mogok Makan Cuma karena Wanita Ini

Sebuah studi yang dilakukan University of Washington menunjukkan, hampir sepertiga pasien Covid-19 yang sudah dinyatakan sembuh mengalami gejala yang menetap hingga sembilan bulan setelahnya.

Studi itu dilakukan dengan menganalisis informasi dari 177 responden yang sempat positif Covid-19 tiga hingga sembilan sebelumnya.

Sementara itu, dilansir GridHealth.ID, beberapa penelitian masih belum jelas, mengapa beberapa pasien dengan Covid-19 terus menunjukkan gejala selama berbulan-bulan, termasuk kelelahan, kabut otak, serta gangguan jantung dan saraf.

Baca Juga: Kini Jadi Alat Penting di Dunia, Polisi Justru Temukan Jaringan Vaksin Covid-19 Palsu di China dan Afrika Selatan

"Bebannya nyata dan signifikan. Sekitar satu dari 10 penderita Covid-19 tetap tidak sehat setelah 12 minggu, dan banyak lagi yang lebih lama," kata Hans Kluge, Direktus Regional WHO Eropa.

Menurut WHO Eropa, sekitar seperempat pasien Covid-19 menderita gejala empat hingga lima minggu setelah dites positif. Ini yang disebut 'long Covid-19'.

Memperhatikan bahwa laporan gejala jangka panjang datang segera setelah penyakit pertama kali ditemukan, Kluge mengatakan bahwa beberapa pasien merasa gelisah karena 'penderitaannya' tak kunjung selesai.

Baca Juga: Takdir Berkata Lain Usai Berjuang Melawan Covid-19 dan Sesak Napas Rina Gunawan Meninggal Dunia, Melly Goeslaw Sebut Mendiang Selalu Mengajak ke Jalan Kebaikan

Otoritas kesehatan dunia (WHO) juga meminta agar dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai long covid-19 ini.

Kluge menekankan bahwa pasien tersebut perlu didengarkan jika para peneliti dan petugas kesehatan ingin memahami konsekuensi jangka panjang dan pemulihan dari Covid-19.

Berbicara pada konferensi pers yang sama, profesor Martin McKee dari European Observatory on Health Systems and Policies mengakui bahwa sebagian besar pengetahuan tentang kondisi tersebut adalah hasil dari penderita yang bingung tentang penyakitnya.

Baca Juga: Semua Kaget Kepergiannya Meninggalkan Duka dan Tangis Air Mata, Rina Gunawan Sempat Dinyatakan Positif Covid-19, Teddy Syach: Ada Penyakit Bawaan

"Kami berhutang budi kepada mereka yang menderita ... yang bersatu untuk meningkatkan kesadaran akan kondisi ini," kata McKee.

WHO Eropa meminta negara dan institusi Eropa untuk duduk bersama dengan agenda yang terintegrasi sekaligus mengoordinasikan alat pengumpulan data dan protokol studi mereka.

Direktur regional juga mengatakan dia akan mempertemukan 53 negara anggota WHO di kawasan Eropa, termasuk beberapa negara di Asia Tengah untuk menyusun strategi regional.

Baca Juga: Pemerintah Teken Peraturan Terkait Vaksinasi Gotong Royong, Epidemiolog Singgung Soal Ketidakadilan

Pada awal Februari, WHO menyelenggarakan seminar virtual pertama yang membahas apa yang disebut "Long Covid-19", untuk mendefinisikannya dengan tepat, memberinya nama resmi, dan mengoordinasikan metode untuk mempelajarinya.

Pada hari Kamis (25/02/2021), WHO Eropa telah menerbitkan policy brief untuk negara anggota yang menyerukan, antara lain, pembuatan layanan yang sesuai untuk pemulihan penderita Covid-19, seperti rehabilitasi dan alat dukungan online.

Penjelasan tersebut juga menyerukan kepada pemerintah untuk menangani konsekuensi yang lebih luas dari kondisi pasca-Covid-19 seperti hak kerja, kebijakan pembayaran sakit dan akses ke tunjangan disabilitas.

(*)

Editor : Nailul Iffah

Sumber : Kompas.com, GridHealth.ID

Baca Lainnya