Namun, apakah sindrom tidur pendek ini benar-benar ada?
Spesialis tidur dan ahli saraf perilaku di Maynooth University di Irlandia, Andrew Coogan mengatakan bahwa sindrom tidur pendek adalah kondisi nyata.
"Short sleeper syndrome dialami oleh orang-orang yang biasanya memiliki durasi tidur pendek di malam hari tetapi tidak mengalami efek buruk dari rasa kantuk yang berlebihan, gangguan kognitif, atau suasana hati yang lebih rendah di siang hari," katanya.
Lebih lanjut Coogan menjelaskan, tidur singkat bagi mereka yang mengalami sindrom tersebut, sudah cukup secara fisiologi pribadi mereka sendiri.
Dengan kata lain, orang yang tidur singkat atau mengalami sindrom tidur pendek ini tetap merasa cerah dan terjaga, bahkan dengan tidur yang lebih sedikit dari yang disarankan.
Sindrom tidur pendek karena genetik dan langka
Para ilmuwan meyakini bahwa orang yang mengalami sindrom tidur pendek ini umumnya ditentukan oleh faktor genetik.
Jadi itu bukan sesuatu yang bisa dilakukan orang karena dilatih atau terpaksa dilakukan.
"Sindrom tidur pendek yang sebenarnya mungkin merupakan sifat yang ditentukan secara genetik," kata Coogan.
Baca Juga: Jangan sampai Salah, Ternyata Segini Durasi Tidur Siang yang Ideal
Sebab, terkait penyebab sindrom tidur pendek ini, terdapat penelitian yang mengidentifikasi gen dalam keluarga yang terlibat dapat mengalami sindrom tidur pendek.
Dalam sebuah studi yang dipublikasikan pada tahun 2014 di jurnal Sleep menemukan bahwa varian gen yang disebut BHLHE41 dikaitkan dengan tidur pendek dan resistensi terhadap kurang tidur.