Pria yang berstatus sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) Pemerintah Kota Batu ini menuturkan kisah horor dimulai tiga menit usai peluit panjang wasit, tanda pertandingan usai.
Ia bergegas keluar tribun, keluar melalui Pintu 13.
"Pintu ditutup, saya balik ke tribun," kata dia. Tiba-tiba terdengar tembakan gas air mata.
Tembakan gas air mata kedua diarahkan polisi ke tribun penonton.
Sedangkan tembakan ketiga mengenai tribun tempat Dadang berdiri.
"Saya tengkurap. Menutupi wajah dengan kaos. Baru pertama kali rasakan gas air mata yang menyengat," katanya.
Napas mulai sesak dan kulit terasa perih.
Lantas ia melompat pagar tribun menuju Pintu 14.
Ternyata, ia menemukan banyak penonton bergeletakan.
Temannya, Dona, turut tergeletak. Dia sudah tak bernyawa.
"Kepala bocor, dia meninggal. Saya gendong ke tempat yang aman," katanya.
Lantas ia mencari bantuan polisi, namun tak ada satupun aparat yang membantu korban.