“Awalnya aku ingin bekerja sebagai forensik, karena waktu itu, aku tertarik dalam bisa mengidentifikasi mayat dan alasan dibalik bagaimana mayat tersebut meninggal. Namun, pas kelas 10, aku belajar tentang genetika. Hal itu mendorong aku untuk menyadari bahwa mekanisme tubuh jauh lebih kompleks dibandingkan apa yang kita bisa lihat dan kode-kode kecil dalam tubuh dapat menjadi sebuah keuntungan,"ujarnya.
Dalam proses memilih program studi hingga mendaftar universitas, dirinya melalui beragam proses panjang.
Mulai dari mengikuti strong test yang dihadirkan pihak sekolah, mendapat rekomendasi dari konselor sekolah, hingga melakukan komunikasi berkala dengan konselor.
Tak hanya itu, Izza juga tak segan mengikuti komunitas beasiswa dan informasi universitas tujuan.
“Aku bergabung dengan sebuah agen yang dapat membantu aku dalam menemukan beasiswa di luar negeri. Dari situ, aku mendapatkan banyak info tentang kuliah. Namun, tetap proses aplikasi dan admisi adalah sesuatu yang aku kerjakan sendiri. Aku mendaftarkan diri ke 14 kampus (termasuk yang di Indonesia) dan sampai sekarang, aku masih menunggu beberapa kabar dari beberapa negara. Kurang lebih aku harus menunggu 1 sampai 5 bulan untuk mendapat kabar," ucapnya.
Baca Juga: Tanggapi Fenomena Artis Masa Kini, Begini Pendapat Agnes Monika Tentang Sensasi VS Prestasi
(*)