Marzuki menyebutkan bahwa tradisi ini berkaitan erat dengan nilai-nilai keislaman, terutama saat Ramadhan tiba.
Semua yang dilakukan dalam tradisi ini digambarkan sebagai rasa suka cita menyambut datangnya bulan suci yang penuh berkah.
Meugang juga diharapkan bisa menjadi ladang pahala orang-orang yang menyedekahkan makanan untuk mereka yang kekurangan.
Bagi masyarakat Aceh tradisi ini merupakan sebuah hal yang harus dilakukan, jika memang tak mampu bisa mengganti daging sapi atau kambing dengan ayam ataupun bebek.
Asal Usul Meugang
Tradis Meugang, Aceh
Tokoh masyarakat Aceh, Ali Hasjmy menjelaskan bahwa tradisi ini sudah lama ada sejak Islam mulai masuk ke Aceh sekitar abad ke-14.
Pada saat kerajaan Aceh Darussalam berdiri, tradisi ini juga telah dimulai dan dirayakan oleh pihak istana kerajaan.
Lewat bukunya Kebudayaan Aceh dalam Sejarah, disebutkan bahwa raja memerintahkan kepada sebuah badan yang mengurusi fakir miskin untuk memberikan bantuan kepada mereka yang membutuhkan.
Ada daging, pakaian, beras yang diberikan kepada orang-orang tak mampu di masa kerajaan, dan keseluruhan biayanya dibayar oleh bendahara Silatu Rahim.
Sitalu Rahim adalah sebuah Lembaga yang mengurus hubungan negara dengan masyarakat di Aceh Darussalam pada masa itu.