“Seingat saya sudah lama (muncul istilah ngabuburit), saya kira sejak nilai-nilai Islam masuk dalam wilayah budaya Sunda,” ujarnya.
Seiring dengan perkembangan zaman, kegiatan yang dilakukan dengan istilah ‘ngabuburit’ juga makin beragam.
Dahulu, ‘ngabuburit’ diisi dengan aktivitas anak-anak yang bermain permainan tradisional Jawa Barat seperti bebeledugan atau meriam bambu.
Saat ini, lanjut Hawe, kegiatan ‘ngabuburit’ semakin beragam dan kreatif menyesuaikan dengan kebudayaan daerah masing-masing.
“Kegiatan ngabuburit diarahkan pada kegiatan yang lebih kreatif dan berharga, bukan hanya untuk mengisi waktu, tetapi juga menghayati arti Ramadhan itu sendiri,” katanya.
Mengapa ‘ngabuburit’ bisa menjadi istilah nasional?
‘Ngabuburit’ kini tidak hanya lekat dengan masyarakat dengan latar belakang kebudayaan Sunda.
Ada banyak daerah di luar tanah Sunda yang mengenal istilah ‘ngabuburit’ sebagai kegiatan menunggu waktu berbuka puasa.
Fenomena ini, kata Hawe, tidak lepas dari pengaruh media yang turut menyebarluaskan isitilah ‘ngabuburit’ ke masyarakat.
“Saya kira mungkin karena faktor media, sehingga istilah itu dikenal luas,” tuturnya.