Tradisi ruwahan tak ada yang pernah menukil siapa yang mempeloporinya. Bahkan tak jelas amalan tersebut berasal dari mana.
Di Arab saja yang merupakan tempat turunnya wahyu, tradisi kirim doa seperti itu tidak pernah ada.
Kalau pun amalan ini ada dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, tentu di negeri Islam lainnya selain di negeri kita, ada juga ritual semacam itu.
Bukankah syari’at Islam itu berlaku untuk setiap umat di berbagai belahan bumi yang berbeda?
Patut diketahui bahwa orang musyrik biasa beralasan dengan tradisi untuk amalan-amalan mereka.
Orang musyrik itu berkata,
إِنَّا وَجَدْنَا آَبَاءَنَا عَلَى أُمَّةٍ وَإِنَّا عَلَى آَثَارِهِمْ مُقْتَدُونَ
“Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami adalah pengikut jejak-jejak mereka” (QS. Az Zukhruf: 22).
Syaikh Muhammad At Tamimi rahimahullah dalam kitabnya Masail Jahiliyyah berkata, “Sifat orang jahiliyyah adalah biasa berdalil dengan tradisi nenek moyangnya dahulu. Sebagaimana kata Fir’aun:
قَالَ فَمَا بَالُ الْقُرُونِ الْأُولَى
“Berkata Fir’aun: “Maka bagaimanakah keadaan umat-umat yang dahulu?” (QS. Thaha: 51).