Dia mengungkapkan bahwa hujan es juga mengandung gas-gas emisi seperti:
- Nitrogen dioksida
- Sulfur dioksida
- Karbon monoksida
Arie menuturkan, hujan memang membawa polutan karena zat-zat emisi dari bumi akan bertumbukan dan menempel dengan droplet air yang ada di atmosfer.
"Dalam kasus hujan es, campuran air tersebut mengalami kristalisasi akibat pergerakan udara yang mempengaruhi suhu," jelasnya.
Baca Juga: Fenomena Hujan Es Sebesar Kelereng Guyur Yogyakarta, Ini Penjelasan BMKG
Menurut dia, hujan es biasanya disertai angin kencang.
Sehingga hal yang harus diwaspadai adalah sebaran polutan yang meluas.
"Turbulensi angin akan mempercepat proses pengenceran polutan. Maksudnya, gugus-gugus emisi yang ada dalam hujan es akan terdispersi secara lebih cepat dan luas," imbuh pria yang menekuni bidang pencemaran udara dan perubahan iklim ini.
Arie menambahkan, pengalaman menyaksikan hujan es membuat masyarakat lebih berhati-hati dan teredukasi.
"Masyarakat harus sadar bahwa dalam bongkahan-bongkahan es tersebut terkandung senyawa polutan yang tidak ramah bagi lingkungan dan kesehatan. Jangan mentang-mentang hujan es, dipakai untuk minum es teh," tutur Arie.
(*)