Fenomena Hujan Es Sebesar Kelereng Guyur Yogyakarta, Ini Penjelasan BMKG

Kamis, 04 Maret 2021 | 07:45
Gambar oleh LoraPalner dari Pixabay

Ilustrasi fenomena hujan es

GridHype.ID - Sebuah fenomena tak biasa baru-baru ini terjadi di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.

Pada Rabu (3/3/2021) fenomena hujan es kembali terjadi di beberapa wilayah Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah Sleman Makwan mengatakan, hujan es terpantau berlangsung di Desa Girikerto dan Desa Donokerto, Kecamatan Turi.

Baca Juga: Muncul Fenomena Awan Lafaz Allah di Pondok Pesantren Gontor Seolah Beri Pertanda Baik, Satu Santri Dinyatakan Sembuh dari Covid-19

"Jalan Kaliurang Km 4,5 Karangasem, Mbarek, (juga turun) hujan es," kata Makwan saat dihubungi, Rabu.

Agus, warga Girikerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, menceritakan awalnya terjadi hujan air seperti biasa.

"Sekitar pukul 13.00 WIB baru terjadi hujan es," ungkapnya.

Menurutnya, hujan es terjadi tidak begitu lama.

Hujan es juga tidak sampai menyebabkan kerusakan. Sementara itu, Kepala Stasiun Klimatologi BMKG, Reni Kraningtyas membenarkan telah terjadi hujan es di wilayah Sleman.

Selain itu hujan es juga terjadi di wilayah Kota Yogyakarta.

"Betul, terpantau telah terjadi hujan es di Turi dan kota," tuturnya.

Diungkapkanya, hujan es saat masih berpotensi tinggi terjadi pada musim hujan dan juga pada saat pancaroba.

Baca Juga: 21 Juni Mendatang Gerhana Matahari Cincin Akan Muncul di Indonesia, Berikut Daftar Daerah yag Bisa Saksikan Fenomena Alam Secara Langsung

"Hujan es ini sifatnya sangat lokal (radius 2 kilometer) yang disebabkan oleh pertumbuhan awan cumulonimbus lebih dari 10 kilometer," pungkasnya.

Sebelumnya pada Selasa 2 Maret 2021 fenomena hujan es terjadi di Bangunkerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman. Hujan es terjadi pada sekitar pukul 15.00 WIB.

Penjelasan BMKG

Melansir dari Tribun Jogja, Forecaster Cuaca BMKG Stasiun Klimatologi Sleman, Haryati, mengungkapkan fenomena hujan es (hail) merupakan fenomena cuaca alamiah yang biasa terjadi.

Fenomena tersebut, disebabkan akibat adanya awan Cumulonimbus (Cb). Salah satu proses pembentukannya adalah melalui kondensasi uap air yang sangat dingin di atmosfer pada lapisan di atas titik beku (freezing level).

"Awan yang tinggi puncaknya melebihi titik beku ini akan memiliki bagian atas yang suhunya lebih rendah dari nol derajat celcius, sehingga awan tersebut mempunyai peluang sangat besar memproduksi es," terangnya.

Haryati menjelaskan, beberapa indikasi terjadinya hujan lebat atau es disertai kilat dan angin kencang berdurasi singkat.

Pertama, satu hari sebelumnya udara pada malam hari hingga pagi hari terasa panas dan gerah.

Baca Juga: Waspada, Terjadi Gempa Sambung Menyambung hingga 9 Kali dalam Satu Malam, Berikut Penjelasan BMKG

Hal itu diakibatkan adanya radiasi matahari yang cukup kuat.

Lalu, mulai pukul 10.00 pagi biasanya mulai terlihat tumbuh awan cumulus (awan putih berlapis - lapis), di antara awan tersebut ada satu jenis awan yang mempunyai batas tepinya sangat jelas berwarna abu - abu menjulang tinggi seperti bunga kol.

Tahap berikutnya awan tersebut akan cepat berubah warna menjadi abu - abu atau hitam yang dikenal dengan awan Cb (Cumulonimbus).

Selanjutnya, pepohonan mulai ada dahan atau ranting yang mulai bergoyang cepat. Dirasakan ada desir udara dingin.

"Biasanya hujan yang pertama kali turun adalah hujan deras tiba - tiba. Apabila hujannya gerimis maka kejadian angin kencang jauh dari tempat itu," jelasnya.

(*)

Tag

Editor : Ruhil Yumna

Sumber kompas, Tribun Jogja