GridHype.id-Covid-19 yang saat ini menjadi pandemi di hampir seluruh negara, memang menjadi momok yang menakutkan.
Selain karena kemunculan beberapa varian virus dari Covid-19, masyarakat juga sangat mengkhawatirkan long covid.
Long covid sendiri merupakan kondisi dimana penyintas Covid-19 masih merasakan gejalapenyakit tersebut dalam jangka waktu yang lama.
Bahkan penyintas Covid-19 masih merasakannya meski sudah dinyatakan sembuh dan bersih dari virus Covid-19.
Melansir The Harvard Gazette di Harvard.edu, pada artikel 'Hints of a long COVID wave as Omicron fades', disebutkan long COVID adalah serangkaian gejala yang muncul empat hingga delapan minggu setelah penyakit akut berlalu.
Kondisi ini diperkirakan mempengaruhi sebanyak 30 persen pasien dan dapat mencakup kelanjutan dari gejala yang diderita selama fase akut – sesak napas atau kelelahan, misalnya – bersama dengan gejala baru yang terjadi setelah pasien merasa telah pulih:
- ketidaknyamanan dada
- sakit parah
- pusing
- muntah
- kabut otak.
Bukti bahwa varianOmicron menyebabkan penyakit yang lebih ringan telah mendorong beberapa orang untuk berspekulasi bahwa Omicron mungkin berarti lebih sedikit kasus COVID yang panjang.
Tetapi banyak ahli masih belum mengetahui apakah virus itu sendiri menyebabkan penyakit yang tidak terlalu parah, seperti yang ditunjukkan dalam penelitian pada hewan, atau apakah efek yang lebih ringan sebenarnya disebabkan oleh tingkat kekebalan populasi yang lebih tinggi.
“Karena begitu banyak orang yang terinfeksi Omicron, sayangnya, akan menyebabkan lebih banyak kasus long COVID,” kata Jason Maley, direktur klinik long COVID di Beth Israel Deaconess Medical Center, yang merupakan bagian dari multicenter, studi yang didanai oleh National Institutes of Health untuk mengeksplorasi penyebab kondisi tersebut.
“Saya tidak berpikir ada sesuatu yang telah dilihat tentang virus itu sendiri, varian Omicron, untuk mengatakan bahwa itu tidak akan menyebabkan long COVID.”