Adakah standar harga NFT?
Secara teknis, sistem blockchain sendiri tidak mengatur standar harga pada NFT, khususnya untuk public blockchain.
Dijelaskan Pandu, transaksi NFT yang dilakukan dalam sistem ini dapat dilakukan siapa pun tanpa perlu izin (permissionless), karena konsep utamanya adalah kepemilikan (sovereignty).
Dengan begitu, pemilik NFT dapat secara bebas menentukan harga NFT yang dimiliki.
Namun demikian, bukan berarti NFT yang dijual mahal akan terjual begitu saja, karena menyesuaikan minat dan permintaan pasar/pembeli.
Seperti dalam kasus Ghozali, NFT foto selfie-nya bisa terjual mahal karena banyak pembeli, sehingga terjadi "konfirmasi harga" dari pasar.
Selain standar harga, sistem blockchain juga tidak mengatur standar produk NFT, sehingga meskipun foto selfie yang bisa dikatakan produk biasa, bisa dijual di marketplace NFT.
"Tidak bisa dibuat standar karena semua NFT itu permissionless, dengan kata lain tidak bisa dibuatkan standar atau aturan harga sama sekali," kata Pandu.
Pakar Budaya dan Komunikasi Digital Universitas Indonesia, Firman Kurniawan juga menyatakan bahwa tidak ada acuan baku untuk harga produk berbasis blockchain seperti NFT.
Menurutnya, sistem penentuan harga NFT dilakukan oleh orang-orang dalam platform terkait, dimana nilai produk ditentukan oleh muatan informasi. Sederhananya, harga produk NFT ditentukan antara penjual dan pembeli. "Sistem penentuan harga pada produk berbasis blockchain, termasuk NFT sesungguhnya adalah pemberian nilai yang dilakukan oleh orang-orang yang ada di dalam jejaring," kata Firman kepada KompasTekno.
"Inilah yang disebut sebagai informasional product. Nilai suatu produk ditentukan oleh muatan informasi yang dilekatkan padanya. Tidak ada acuan bakunya," lanjutnya.
Sementara itu peningkatan harga terjadi karena orang-orang dalam platform NFT membicarakan produk, sehingga meningkatkan nilai produk tersebut.