Pada awal abad ke-17, Kerajaan Mataram Islam mulai memperluas kekuasaannya sampai ke Jawa Timur.
Namun masyarakat suku Tenggermasih mempertahankan identitasnya dari pengaruh Mataram.
Para leluhur suku Tengger diketahui menganut aliran kepercayaan Siwa Budha yang berkembang menjadi Hindu.
Perkembangan zaman ternyata tidak membuat suku Tengger goyah.
Saat bahasa Jawa mulai berkembang di era modern, mereka masih menggunakan dialek bahasa Kawi dan terdapat beberapa kosakata Jawa kuno yang sudah tidak digunakan lagi.
Orang Tengger sendiri sangat menjunjung tinggi kepercayaan bahwa Gunung Bromo merupakan gunung suci.
Penduduk suku tersebut menganggap semua orang, siapapun dia, didudukan sama (padda) dan satu keturunan (sakturunan).
Konsep tersebut yang akhirnya membentuk hubungan sosial masyarakat agar menjadi lebih egaliter.
Mereka tidak mengenal sistem stratifikasi yang kaku dan tidak bergaya hidup priyayi.
Orang-orang Tengger memiliki rasa kekeluargaan yang solid.
Lantas dari manakah asal nama Tengger?