"Akhirnya aku USG, di USG kelihatan banget bentuk benjolannya padat, terus kaya awan. Terus dokter bilang, curiganya ganas nih. Akhirnya biopsi, setelah biopsi, bener benjolan ini tuh kanker payudara," ujarnya.
Dokter yang menanganinya menyarankan untuk diambil tindakan pengangkatan seluruh jaringan yang disebut masectomy atau pengangkatan payudara secara keseluruhan.
Setelah tindakan pengangkatan jaringan payudara, proses pengobatan dilanjutkan dengan enam kali kemoterapi, dan 16 kali radiasi.
Pasca operasi tersebut, setiap tiga bulan sekali Ajeng rutin memeriksakan kondisinya ke dokter.
Namun, rupanya penyakit kanker payudara yang mendera Ajeng tidak berhenti di situ.
Pada Maret 2020 lalu, benjolan kembali muncul di payudara.
Kali ini di payudara sebelah kiri.
"Abis biopsi, dokter lagi-lagi bilang ini kankernya muncul lagi. Jadi aku ngulangin lagi treatment nya, sekarang lebih panjang. (Sebanyak) 16 kali kemoterapi, dan 30 kali radiasi," ungkapnya.
Hingga kini, kondisi kanker payudara Ajeng masih terkontrol dan dia rutin memeriksakan diri ke dokter.
Tidak perlu takut
Meski telah melalui dua kanker payudara dan dua kali masectomy, Ajeng tidak patah semangat.