Kalaiarasu Peariasamy, direktur di Institute for Clinical Research yang melakukan penelitian bersama dengan gugus tugas Covid-19 nasional, mengatakan vaksinasi - terlepas dari mereknya - telah mengurangi risiko seseorang untuk dirawat di ruang perawatan intensif sebesar 83% dan menurunkan risiko kematian sebesar 88%. Hasil tersebut didapat berdasarkan penelitian yang lebih kecil yang melibatkan sekitar 1,26 juta orang.
"Tingkat terobosan untuk penerimaan unit perawatan intensif sangat rendah," katanya.
Dia menambahkan, perawatan ICU secara keseluruhan di antara individu yang sudah divaksinasi penuh mencapai 0,0066%.
Adapun tingkat kematian orang yang divaksinasi lengkap juga rendah yaitu 0,01% dan mayoritas dari mereka berusia di atas 60 tahun atau dengan penyakit penyerta.
Menurut Kalaiarasu, ada perbedaan demografi penerima ketiga vaksin dan hal tersebut bisa menghasilkan hasil yang berbeda.
"Banyak penerima AstraZeneca berada di usia pertengahan dewasa, sementara penerima suntikan Pfizer dan Sinovac sangat banyak untuk populasi yang rentan," katanya.
Penerima AstraZeneca juga menyumbang proporsi penelitian yang jauh lebih kecil, yang melibatkan sekitar 14,5 juta individu yang divaksinasi lengkap dan dilakukan selama lebih dari lima bulan sejak 1 April.
Pada bulan Juli, Malaysia mengatakan akan menghentikan pemberian vaksin Sinovac setelah persediaannya berakhir, karena memiliki cukup banyak vaksin lain untuk programnya.
Vaksin Sinovac telah digunakan secara luas di beberapa negara termasuk China, Indonesia, Thailand dan Brasil, dan perusahaan tersebut mengatakan awal bulan ini telah memasok 1,8 miliar dosis di dalam dan luar negeri.
Malaysia telah sepenuhnya memvaksinasi 58,7% dari 32 juta penduduknya dan memberikan setidaknya satu dosis untuk 68,8% populasinya.