Sejak tiga bulan terakhir, varian ini telah berkembang mendominasi 80 persen kasus di Peru.
Menurut data dari Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID), varian ini telah menyebar ke 28 negara.
Sebuah penelitian terbaru mengenai varian Lambda mencatat beberapa mutasi pada protein lonjakannya.
Bagian dari virus ini melakukan kontak sel dengan manusia, mengikatnya, dan kemudian menginfeksinya.
Parahnya, mutasi protein lonjakan tersebut mungkin menjadi alasan untuk pengingkatan penularan serta mengurangi perlindungan oleh vaksin yang ada saat ini.
Hal tersebut disampaikan oleh tim dari Sekolah Kedokteran Grossman Universitas New York dan dirilis di situs web bioRxiv.
Efektivitas Vaksin pada Virus Lambda
Soto-Rifo melakukan studi pendahuluan untuk enilai efek vaksin dari perusahaan biofarmasi China, Sinovac, CoronaVas yang dikembangkan pada strain Lambda.
Hasil penelitian menunjukan bahwa varian ini mampu menetralkan antibody yang dihasilkan oleh vaksin.
Soto-Rifo mengatakan bahwa sebagian kemanjuran vaksin dapat diukur dengan respons imunisasi, tetapi juga oleh respons sel-T yang merangsang produksi antibody dan membantu memerangi sel yang terinfeksi.
Baca Juga: Ramai Soal Raffi Ahmad yang Mengaku Positif Covid-19 Hanya Sehari, Ini Penjelasan Ahli