Ia kemudian membangun rumah di kampung dan membaur bersama orang-orang transmigran.
Sisa uang yang dimiliki ia gunakan untuk berangakat ke Mekkah bersama sang istri.
Kembali Ditolak Bank
Kehidupan di kampung yang beda jauh dengan di hutan membuat tabungan tanahnya semakin terkikis untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Pada tahun 2014, Jaelani yang saat itu sudah memiliki KTP kembali mendatangi bank untuk mengajukan pinjaman.
Tak mendapat apa yang diinginkan, Jaelani justru kembali mendapat penolakan lantaran tak ada penjamin yang bisa diberikan.
Padahal uang yang ia pinjam akan digunakan untuk biaya penghijauan lahan kritis.
(*)