Selama hidup sebagai manusia goa, para relawan tidur di tenda-tenda, dan membuat listrik sendiri dengan sepedah kayuh karena tidak ada cahaya alami.
Mereka juga harus menimba air dari sumur sedalam 44,5 meter. Lalu karena tidak ada sinar matahari, tim harus mengikuti jam biologis untuk mengetahui waktu tidur, makan, atau tugas sehari-hari.
Tidak mengherankan, mereka dengan cepat kehilangan kesadaran soal waktu.
Setelah keluar goa Christian Clot berkata ke wartawan, "Kami baru saja pergi 40 hari... Bagi kami, itu benar-benar kejutan," dikutip Insider dari Guardian.
Seorang relawan mengatakan, dirinya mengira berada di bawah tanah selama 23 hari.
Kelompok tersebut tidak bisa berkomunikasi dengan dunia luar, dan tidak dapat menggunakan ponsel atau perangkat elektronik lainnya.
Salah seorang peserta yaitu guru matematika Johan Francois menceritakan, dia berlari memutar sejauh hampir 10 km di dalam oa agar tetap bugar.
Kepada wartawan dia mengaku segera ingin keluarga goa, dan keinginannya sangat kuat. Namun relawan lainnya merasa berbeda, dengan dua pertiga di antaranya merasa ingin tinggal lebih lama.
"Untuk sekali dalam hidup kami, seolah-olah kami bisa menekan jeda," kata Marina Lancon salah satu dari tujuh wanita peserta.