Para ilmuwan mengatakan itu sekitar 40% -70% lebih dapat ditularkan daripada varian dominan sebelumnya.
Dalam studi di Inggris yang diterbitkan di British Medical Journal pada Rabu, infeksi dengan varian baru menyebabkan 227 kematian dalam sampel dari 54.906 pasien COVID-19, dibandingkan dengan 141 di antara jumlah pasien yang sama-sama terinfeksi dengan varian lain.
“Ditambah dengan kemampuannya untuk menyebar dengan cepat, ini membuat B.1.1.7 menjadi ancaman yang harus ditanggapi dengan serius,” kata Robert Challen, peneliti di Exeter University yang ikut memimpin penelitian.
Pakar independen mengatakan temuan studi ini menambah bukti awal sebelumnya yang menghubungkan infeksi dengan varian virus B.1.1.7 dengan peningkatan risiko kematian akibat COVID-19.
Temuan awal dari penelitian ini dipresentasikan kepada pemerintah Inggris awal tahun ini, bersama dengan penelitian lain oleh para ahli di panel New and Emerging Respiratory Virus Threats Advisory, atau NERVTAG.
Lawrence Young, seorang ahli virologi dan profesor onkologi molekuler di Universitas Warwick, mengatakan mekanisme yang tepat di balik tingkat kematian yang lebih tinggi dari varian B.1.1.7 masih belum jelas.
Namun, hal ini mungkin berkaitan dengan tingkat replikasi virus yang lebih tinggi serta peningkatan penularan.
Dia memperingatkan bahwa varian Inggris kemungkinan memicu lonjakan infeksi baru-baru ini di seluruh Eropa.
(*)