GridHype.ID - Pada awal pandemi COVID-19, ada begitu banyak hal yang tidak diketahui, termasuk siapa yang paling berisiko terkena penyakit parah atau kematian akibat penyakit tersebut.
Virus pernapasan yang menular dan mematikan seperti SARS-CoV-2 tampaknya menjadi ancaman tertentu bagi orang-orang yang mungkin mengalami kesulitan bernapas pada hari tertentu.
Melansir dari Healthline.com, Dr.Anthony Sunjaya selaku penulis utama studi dan peneliti di divisi pernapasan Institut George, dalam siaran pers untuk studi George Institute ia menjelaskan ada kekhawatiran awal bahwa orang dengan asma mungkin berisiko lebih tinggi tertular virus corona baru dan menjadi lebih sakit atau sekarat karena COVID-19 jika mereka tertular.
“Orang dengan kondisi pernapasan kronis seperti asma sebelumnya dilaporkan berisiko lebih besar selama wabah sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS), yang disebabkan oleh virus dengan struktur serupa,” tulisnya.
“Selain itu, infeksi saluran pernapasan seperti yang disebabkan oleh virus corona dapat memperburuk gejala asma dan pengobatan kortikosteroid dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi COVID-19 dan tingkat keparahannya,” tambahnya.
Para peneliti ingin menyajikan bukti terbaik yang tersedia tentang risiko infeksi, penyakit parah yang memerlukan perawatan di ICU atau penggunaan ventilator, dan kematian akibat COVID-19 pada orang yang menderita asma.
Asma menyebabkan jalan napas seseorang meradang atau membengkak dan menghasilkan lendir, yang semuanya membuat sulit bernapas dan dapat mengganggu aktivitas rutin.
Para peneliti menemukan bahwa orang dengan asma memiliki risiko 14 persen lebih rendah untuk mengembangkan COVID-19 dan secara signifikan lebih kecil kemungkinannya untuk dirawat di rumah sakit karena COVID-19.
Mereka tidak menemukan perbedaan nyata dalam risiko kematian akibat COVID-19 pada penderita asma dibandingkan dengan mereka yang tidak menderita asma.
Satu studi yang diterbitkan dalam The Journal of Allergy and Clinical Immunology melaporkan bahwa asma tidak terkait dengan keparahan COVID-19 yang lebih tinggi atau pandangan yang lebih buruk.