Direktur Jenderal Unesco saat itu, Irina Bokova, mengatakan pada saat itu bahwa ISIS telah membunuh Asaad "karena dia tidak akan mengkhianati komitmennya yang tinggi pada Palmyra".
Beberapa minggu usai pembunuhan, ISIS menghancurkan beberapa berbagai artefak ikonik Palmyra dari abad ke-1 hingga ke-2.
Penghancuran ini dilakukan dengan dalih penghancuran pada penyembahan berhala.
Kuil Baalshamin serta tiang-tiang Kuil Bel diledakkan, begitu pula gapura kemenangan kota dan tujuh menara pemakaman.
Setelah merebut kembali situs tersebut pada akhir 2016, militan menghancurkan tetrapylon (bangunan dengan empat pilar) dan bagian dari Teater Romawi.
Pasukan pemerintah akhirnya bisa kembali merebut daerah itu sejak Maret 2017.
Sayangnya pekerjaan rekonstruksi di daerah tersebut terhambat sebab masih panasnya perang saudara.
Kelompok ISIS berhasil dikalahkan pada 2019, namun PBB menduga masih ada 10.000 militan ISIS yang aktif dan siap menyerang Suriah dan Irak.
(*)