Di sana, dia melihat sendiri ruang kelas beralas kayu dan bangunannya juga dari kayu.
Satu bangunan lain di sekolah yang berada di antara tambak itu sudah tembok, namun butuh perbaikan.
"Total siswa di sini 18 orang. Kelas 1 ada 2 siswa, melas 2 sebanyak 4 siswa, kelas 3 ada 7, kelas 4 tidak ada siswanya, kelas 5 ada 5 anak, dan kelas 6 juga tidak ada siswanya," ungkap Ihwan Praja Putra, guru di sekolah itu.
Ditanya tentang sistem pendidikan selama pandemi, diungkapkan bahwa sekolah tetap masuk. Sistemnya, satu minggu masuk sekolah dan satu minggu belajar di rumah.
Baca Juga: Masa Lalunya Dibongkar Sosok Ini, Atta Halilintar Pernah Lalukan Aksi Nekat karena Tak Punya Uang
"Terpaksa seperti itu, karena di sini belum ada jaringan internet. Dan para guru, rata-rata juga dari kota," urainya.
Mendapat penjelasan itu, Hudiyono kemudian menanyakan penerapan protokol kesehatan. Diketahui, semua siswa wajib cuci tangan sebelum masuk, selalu pakai masker, dan jaraknya dijaga.
Mendengar berbagai penjelasan, Hudiono pun bisa memaklumi kondisi itu. Apalagi, dia melihat data, ternyata kawasan itu selama ini memang 0 alias tidak pernah ada warga yang terpapar covid-19.
"Di sini zero covid-19. Sehingga kita bisa memaklumi dengan kondisi yang serba terbatas ini. Namun, saya tetap menekankan agar protokol kesehatan selalu dijalankan dengan baik dan benar," urainya.
Hudiyono juga sempat berbincang dengan sejumlah warga. Beberapa aspirasi diserap, antara lain, warga ingin gedung sekolah itu direhab, dibantu agar ada akses internet masuk ke sana, dan meminta pembangunan jalan segera dilanjutkan. Supaya akses untuk sepeda motor atau jalur darat bisa tersambung sampai ke kota.
"Akses jalur darat yang menghubungkan Dusun Pucuk’an dengan dusun lainnya, seperti ke dusun Kalikajang dan dusun Kepetingan, Pemkab memang akan segera melanjutkannya. Agar semua bisa terhubung," kata Hudiyono.