Berada di dalam kawasan wisata Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) membuat masyarakat desa bergegas mencari keunikan lain dan tidak hanya mengandalkan lokasi wisata.
Selain itu, masyarakat desa juga menyadari bahwa Yogyakarta telah lama dikenal dengan daerah wisata, yakni Candi Prambanan dan Pantai Parangtritis.
Baca Juga: Viral Video Alphard Penyok Menabrak Sepeda, Jangan Salah Paham Dulu Begini Penjelasannya
"Kami juga ingin mendapatkan rezeki itu dari sisi pariwisata, supaya kehidupan masyarakat desa yang sehari-hari bertani itu bisa lebih baik lagi," kata Doto.
"Dalam arti mereka tetap bertani, tapi mereka mendapatkan tambahan bonus dari pariwisata, salah satu cara untuk mendapatkan bonus ya dengan membangun desa wisata," jelasnya.
Sadar desanya tak miliki tempat wisata Doto menyadari, desanya tidak memiliki tempat wisata yang menarik seperti yang ada di Yogyakarta.
Oleh karena itu, ia bersama warga desa sepakat untuk menjadikan aktivitas sehari-hari di desa sebagai daya tarik wisata.
"Ternyata wisatawan tertarik tinggal di desa, menginap di homestay, makan ala orang desa, dan beraktivitas layaknya orang desa," kata Doto. "Dan itu sangat menarik, pengalaman yang mereka dapatkan. Dan kami dapatkan apa? Interaksi dari wisatawan yang datang," tuturnya.
Karena kegigihan menjual aktivitas masyarakat desa, Pentingsari telah mendapat penghargaan mulai dari Indonesia Suistainable Tourism Awards (ISTA) 2017 dalam kategori ekonomi.
Kemudian, Pentingsari juga pernah masuk 100 Top destinasi pariwisata berkelanjutan di dunia versi Global Green Destinations Days (GGDD) 2019.
Diberitakan Kompas.com, Selasa (29/10/2019), hanya ada empat desa di Indonesia yang masuk penghargaan tersebut, yaitu Desa Pemuteran (Bali), Desa Penglipuran (Bali), Desa Wisata Nglanggeran (Yogyakarta), dan Desa Wisata Pentingsari (Yogyakarta).