GridHype.ID - Hingga saat ini perseteruan antara Amerika Serikat (AS) dengan China masih memanas.
Tak hanya urusan politik, perseteruan keduanya sudah merambah ke perang dagang.
Bahkan, perang dagang yang digaungkan Presiden AS, Donald Trump sejak beberapa tahun lalu memang mengandung implikasi dampak berkepanjangan hubungan bilateral dengan China.
Salah satu yang sering diungkit-ungkit oleh Trump yakni terkait aplikasi yang tengah populer asal China, TikTok.
Baca Juga: 5 Pejabat Korea Utara Dieksekusi Mati Usai Kritik Kebijakan Kim Jong-Un
Oleh Donadl Trump, TikTok dituduh telah melakukan pencurian data untuk pengguna yang berasal dari Amerika Serikat.
Opini Trump ini pun diperkuat oleh temuan Wall Street Journal bahwa TikTok melakukan pengumpulan data yang tidak diperbolehkan.
Aplikasi Android TikTok disebut mengumpulkan alamat MAC pengguna selama 18 bulan yang melanggar aturan platform.
Baca Juga: Manglingin dan Bikin Teduh, Ayu Ting Ting Banjir Pujian Tampil Beda Kenakan Hijab, Intip Gayanya
Media Access Control (MAC) adalah alamat unik yang diberikan pada setiap perangkat jaringan untuk digunakan sebagai kode identifikasi.
TikTok pun dipaksa agar melepas sahamnya ke perusahaan-perusahaan Amerika Serikat, jika tidak ingin "dihukum" oleh Donald Trump.
Salah satu yang dikabarkan berminat yakni Microsoft.
TikTok sendiri bukannya tanpa perlawanan terhadap Donald Trump.
Mereka dikabarkan siap bertarung di meja hijau jika Donald Trump tetap "menindas" TikTok sedemikian rupa.
Namun, sepertinya China tak ingin berniat untuk menjual saham TikTok yang dimiliki ByteDance ke perusahaan AS.
Beijing telah menentang penjualan paksa bisnis TikTok di AS oleh ByteDance, dan lebih memilih agar aplikasi video pendek ini ditutup di Amerika Serikat.
Baca Juga: PSBB Kembali Diberlakukan, Krisdayanti Bahas Pola Hidup Sehat hingga Beri Pesan untuk Para Ibu
ByteDance sedang dalam pembicaraan untuk menjual bisnis TikTok di AS kepada pembeli potensial, termasuk Microsoft dan Oracle sejak Presiden AS Donald Trump mengancam untuk melarang layanan tersebut jika tidak dijual. Trump telah memberi ByteDance ultimatum dengan tenggat waktu hingga pertengahan September untuk menyelesaikan kesepakatan.
Namun sejumlah sumber bilang para pejabat China yakin penjualan paksa akan membuat ByteDance dan China tampak lemah dalam menghadapi tekanan dari Washington.
ByteDance mengatakan dalam sebuah pernyataan kepada Reuters bahwa pemerintah China tidak pernah menyarankan kepadanya bahwa mereka harus menutup TikTok di Amerika Serikat atau di pasar lain mana pun.
Namun dua sumber Reuters mengatakan China bersedia menggunakan revisi yang dibuatnya pada daftar ekspor teknologi pada 28 Agustus untuk menunda kesepakatan apa pun yang dicapai oleh ByteDance, jika memang diperlukan.
Ditanya tentang Trump dan TikTok, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian mengatakan bahwa Amerika Serikat menyalahgunakan konsep keamanan nasional, dan mendesaknya untuk berhenti menindas perusahaan asing.
Reuters telah melaporkan bahwa calon pembeli TikTok sedang mendiskusikan empat cara untuk menyusun akuisisi TikTok dari ByteDance.
Dalam hal ini, ByteDance masih dapat mendorong penjualan aset TikTok di AS tanpa persetujuan dari Kementerian Perdagangan China dengan menjualnya tanpa algoritme utama.
Artikel ini telah tayang di Tribun Wiki dengan judul Tak Mau Ditindas Trump dan Terkesan Lemah, China Inginkan TikTok Tutup Bisnisnya di Amerika Serikat
(*)