Bahkan, Dr Sebastian Maurer-Stroh, Wakil Direktur Eksekutif Penelitian Agency for Science, Technology and Research (A*STAR), Selasa (18/8/2020), mengungkapkan, mutasi D614G telah terdeteksi sejak akhir Februari lalu.
Namun, dia menyebutkan, tindakan penahanan saat ini berhasil "mencegah penyebaran skala besar" dari mutasi virus corona tersebut di Singapura.
"Karena varian ini telah beredar secara global, maka bisa ada di negara mana pun, dan setiap negara dengan pengawasan aktif telah melihatnya, terutama terkait dengan kasus impor dari pelancong," kata Dr Maurer-Stroh kepada Channel News Asia.
Menurut dia, virus corona berevolusi secara alami melalui seleksi, dan kebanyakan mutasi tidak berpengaruh.
Mutasi lain mungkin tidak menyebabkan gejala klinis yang lebih parah, tetapi membuat virus itu "lebih berhasil dibanding yang lain".
Tidak berarti virus akan menjadi lebih ganas
Namun, ini tidak berarti virus akan menjadi lebih ganas.
Sebaliknya, bisa membuat virus lebih ringan atau tanpa gejala, menyebabkan infeksi yang lebih lama dan tidak terdeteksi, Dr Maurer-Stroh menjelaskan.
Hanya, dalam kasus yang lebih jarang, virus bisa mengembangkan kemampuan yang meningkat untuk mengikat sel manusia.