GridHype.ID - Dalam tiga bulan terakhir, virus Corona masih jadi momok menakutkan bagi semua orang.
Angka pasien terinfeksi yang semakin bertambah setiap harinya membuat wabah ini harus cepat dihentikan.
Bagaimana tidak, sampai saat ini sudah lebih dari satu juta orang terinfeksi dan 74 ribu orang meninggal.
Baca Juga: Tak Hanya Lewat Zodiak, Kita Bisa Tahu Kepribadian Seseorang Hanya dari Buah Favoritnya, Loh!
Tak ayal virus yang dikenal dengan nama lain Covid-19 ini menjadi pandemi global yang mengkhawatirkan.
Segala upaya tengah dilakukan untuk mencoba menghentikan wabah ini.
Salah satu yang banyak dilakukan adalah upaya lockdown atau karantina.
Lockdown dilakukan untuk menghentikan rantai persebaran virus yang terjadi di masyarakat.
Baca Juga: Tak Takut Ribut, Nikita Mirzani Blak-blakkan Bongkar Nama Artis yang Punya Barang-barang KW
Dengan kebijakan ini, masyarakat dipaksa untuk tetap ada di rumah, transportasi umum dihentikan, dan aktivitas mau tidak mau dihentikan.
Dua negara yang sudah melakukan ini ialah China dan Italia.
China sebagai negara pertama kasus Corona melakukan lockdown terutama di pusat persebaran virus, Kota Wuhan.
Para warga dipaksa berdiam diri dan tidak boleh keluar wilayah sampai otoritas setempat mengijinkan.
Kendati sulit, nyatanya cara ini cukup efektif di China karena saat ini pertambahan kasus baru tidak lagi signifikan,
Melansir South China Morning Post, sayangnya kasus di Italia berbeda dengan China.
Angka kematian di Italia terus saja bertambah meski sudah memberlakukan lockdown.
Bahkan sampai tanggal 7 April 2019 ini, Italia menempati peringkat ketiga dengan total 132,547 kasus dengan angka kematian tertinggi mencapai 16,523 orang.
Lantas apakah kebijakan lockdown sebenarnya efektif?
Membahas hal itu, Korea Selatan punya cara lain yang juga cukup efektif menghentikan sebaran wabah.
Yakni dengan tes uji corona masal yang mereka lakukan.
Kendati tidak melakukan lockdown wilayah, angka infeksi di Korea Selatan kini mulai melandai.
Hal ini karena program pengujian di Korea Selatan cukup fantastis.
Mereka mampu melakuakn tes sebanyak 15 ribu perhari sehingga persebaran bisa cepat teratasi.
Bahkan tes yang diberikan bersifat gratis terutama bagi mereka yang sudah menunjukkan gejala.
Baca Juga: Jangan Minum Air Kelapa Jika Kondisi Tubuhmu Seeperti ini, Karena Bisa Berbahaya Bagi Kesehatan
Menurut keterangan, pengujian di Korea Selatan sendiri tersedia di ratusan klinik dan puluhan pengujian di tempat umum.
Usut punya usut, cara yang dilakukan Korea ini ternyata berkaca pada kasus virus yang dulu pernah terjadi.
"Kemampuan Korea Selatan untuk menguji deteksi dini virus telah berkembang pesat saat melewati wabah influenza tahun 2009 dan wabah Mers 2015," kata Kim Woo-joo, seorang profesor kedokteran Korea.
(*)