Penemuan mumi ini juga membuktikan bahwa pengawetan mayat di China lebih berhasil dibandingkan di Mesir.
Meski wajahnya tampak bengkak dan cacat, kulitnya masih lunak untuk disentuh, tidak ada tanda-tanda rigor mortis (kaku mayat) yang tampak.
Lengan dan kakinya juga masih bisa bengkok. Bahkan, organ internalnya masih utuh dan masih ada darah di pembuluh darahnya.
Mumi lainnya cenderung hancur pada gerakan sekecil apa pun. Tidak dengan mumi ini.
Kematiannya sudah lebih dari 2000 tahun yang lalu tetapi dokter masih dapat mengautopsi jenazahnya.
Ia meninggal karena serangan jantung akibat pola makannya.
Baca Juga: Waspada! Sulit Mencium Bau dan Mengecap Rasa Gejala Baru Virus Corona, Berikut Penjelasan Ahli
Menikah dengan aristokrat terkemuka pada zaman Dinasti Han, sosok ini dapat hidup makmur dan memanjakan diri dalam setiap kenikmatan kuliner, seperti sup kalajengking.
Hal tersebut membawanya pada kondisi obesitas yang diperparah dengan ketidakaktifan fisiknya sehingga menyebabkan munculnya berbagai komplikasi seperti trombosis koroner dan arterioklorosis.
Hasil autopsi jenazahnya memperlihatkan bahwa penderita pertama penyakit jantung ini memiliki fusi di tulang belakangnya yang akan menyebabkan sakit punggung yang parah dan kesulitan berjalan.
Makamnya memiliki artefak berupa ukiran yang menggambarkan dia bersandar pada tongkat, sehingga mendukung bahwa dirinya kesulitan berjalan.