Hal ini dikarenakan telah dibuktikan melalui uji klinismultisenter yang dilakukan oleh Cina.
"Penelitian mengungkapkan bahwa klorokuin juga memiliki potensi aktivitas antivirus spektrum luas dengan meningkatkan pH endosom yang diperlukan untuk fusi virus atau sel, serta mengganggu glikosilasi reseptor seluler SARS-CoV," tutur Keri.
Baca Juga: 6 Pasien Positif Corona Tak Sengaja Donorkan Darahnya ke Orang Lain, Berbahayakah?
Lebih lanjut, Keri mengatakan bahwa Jawa Barat berpeluang sangat besar menjadi tempat produksi obat virus corona.
"Beruntunglah Jawa Barat, punya kebun kina di Bandung. Akan sangat mungkin jika produksi obat yang dinyatakan ampuh melawan virus corona ini, kembali diproduksi di Jawa Barat," katanya.
"Kalau mau dikembangkan kembali sangat bisa. Kami sudah berkomunikasi dengan Kimia Farma, mereka sudah pertimbangkan untuk produksi kembali," pungkasnya.
Diketahui sejak 2016, produksi ekstrak kina ini dipindah ke pabrik Kimia Farma di Banjaran, Kabupaten Bandung.
Menanggapi kabar baik tersebut, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil meminta para peneliti di daerahnya membuat studi lanjutan terkait temuan ini.
Pasalnya seperti kita ketahui, suatu produk dapat dikatakan sebagai obat jika telah melewati beberapa tahapan dimulai dari mengindentifikasi zat aktif yang terkandung, menemukan cara kerjanya, melakukan uji praklinik sampai uji klinik.
Serta waktu yang dibutuhkan pun tidak sedikit, bahkan bisa bertahun-tahun.
Dalam tahapan pra-klinik, produk yang teridentifikasi memiliki zat aktif dan cara kerjanya akan di uji coba pada hewan untuk melihat efek letal, toksik, terapi, dan margin of safety sehingga ditemukannya dosis (pada hewan) dari produk tersebut.