Tapi ada juga kedelai hitam yang sering dipakai untuk kecap," kata Atris saat dihubungi Kompas.com, Kamis (5/12/2019) seperti yang telah dikutip oleh Gridhype.ID.
Atris juga menjabarkan jika produksi tempe di Indonesia juga menggunakan kedelai lokal dan impor.
Menurutnya, kedelai lokal tak selalu berwarna kuning.
"Kalau menggunakan kedelai lokal, kedelai varietas kuning diolah menjadi tempe bisa jadi warnanya hampir sama.
Tapi, tidak terus menunjukkan kedelai lokal warnanya kuning, kedelai impor warnanya putih. Tidak," ujar Atris.
Berdasarkan uji laboratorium yang telah dilakukan oleh Atris, diketahui bahwa kedelai lokal tak mengalami modifikasi rekayasa genetik.
Sedangkan untuk kedelai impor terdiri dari dua jenis, yaitu non-modifikasi rekayasa genetik (murni) dan kedelai transgenik atau mengalami modifikasi rekayasa genetik.
"Dari sisi harga, dua jenis kedelai ini beda. Kedelai transgenik lebih murah dibandingkan kedelai non-transgenik," kata Atris.
Harga yang murah menjadi alasan, kedelai transgenik diimpor ke Indonesia.