Gridhype.id - November ini beredar mini report yang berjudul "Sampah Plastik Meracuni Rantai Makanan Indonesia" disusun oleh Nexus3, Arnika, Ecoton dan IPEN (International Pollutans Elimination Network).
Publikasi laporan tersebut bahkan sudah diberitakan media internasional seperti New York Times, BBC, dan The Guardian.
Yang menjadi sorotan dalam laporan tersebut adalah proses pembuatan tahu yang menggunakan sampah plastik impor untuk bahan bakar serta temuan kontaminasi dioksin pada telur sebagai dampaknya.
Mungkin masih belum terlihat hubungan antara penggunaan sampah plastik impor dengan keberadaan dioksin di telur yang dikonsumsi seperti biasa.
Meningkatnya impor sampah plastik di Indonesia terjadi karena sejak 3 tahun yang lalu, terjadi peningkatan impor plastik ke Indonesia karena China menutup pintu untuk impor plastik ke negaranya.
Yuyun Ismawati, pendiri dan Senior Advisor Nexus 3 menyebutkan, "Lima tahun lalu, belum seganas sekarang.
Jadi, mulai mengganas sejak 2017 sebetulnya. Karena jumlah sampah plastik yang diterima oleh pabrik-pabrik kertas di Jawa Timur melonjak tajam," dikutip oleh Kompas.com Selasa (19/11/2019).
Praktik penggunaan sampah plastik untuk bahan bakar di pabrik tahu sendiri sudah marak dilakukan di Indonesia, dengan jumlah lebih dari 30 perusahaan tahu Indonesia menggunakannya karena faktor harga yang murah sekitar sepersepuluh dari kayu bakar.
Impor sampah ini ditengarai karena adanya dumping sampah plastik dari negara maju seperti disebutkan oleh Dwi Saung aktivis Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi).