Laporan Wartawan Grid.ID, Ruhil I. Yumna
GridHype.ID - Kabar duka datang dari Presiden ketiga Republik Indonesia, BJ Habibie yang meninggal dunia, kemarin Rabu (12/9/2019).
BJ Habibie salah satu putra terbaik bangsa, meninggalkarena penyakit yang ia derita.
Thareq Kemal Habibie, putra dari Bj Habibie, mengonfirmasi langsung berita tersebut.
Baca Juga: Tak Bisa Sembunyikan Kesedihan, Tangis Reza Rahadian Pecah Saat Tiba di Rumah Duka BJ Habibie
"Dengan sangat berat, mengucapkan, ayah saya Bacharudin Jusuf Habibie, Presiden ke-3 RI, meninggal dunia jam 18.05 WIB," ujar Thareq di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta, Rabu (11/9/2019) seperti yang dikutip dari Kompas.com
Dikenal sebagai anak yang serba ingin tahu
Deretan prestasi telah ditorehkan oleh Prof Bacharuddin Jusuf Habibie Dipl Eng. atau biasa dikenal sebagai BJ Habibie.
Sebelum menjabat sebagai Presiden RI ke -3 periode 21 Mei 1998-20 Oktober 1999, BJ Habibie pernah memegang jabatan sebagai wakil presiden, Menteri Riset dan Teknologi dan berbagai jabatan strategi lainnya.
Kejeniusan otaknya sudah menjadi sebuah rahasia umum di masyarakat.
Gelar doktor dari Jerman ia peroleh di bidang penerbangan.
Salah satu penemuan yang kini masih digunakan sekarang di dunia penerbangan dunia adalah Crack Progession Theory atau faktor Habibie.
Baca Juga: Menyusul Sang Istri, Mendiang BJ Habibie Sempat Depresi Saat Ditinggal Ainun
Dalam buku berjudul Rudy: Kisah Masa Muda Sang Visioner, ditulis oleh Gina S. Noer yang merupakan biografi BJ Habibie, dimasa kecilnya Rudy panggilan akrab BJ Habibie dikenal sebagai seorang anak yang serba ingin tahu.
Di usianya yang menginjak 2-3 tahun dia hobi bertanya pada ayahnya.
Segala hal yang menggelitik rasa ingin tahunya akan langsung ditanyakan pada ayahnya.
Serius namun tetap sederhana
Ayahnya, Alwi Abdul Djalil Habibie, adalah sosok yang dengan penuh kesabaran dan keseriusan menjawab seripa pertanyaan yang diajukan oleh Rudy.
Ayahnya menjawab dengan pernyataan sederhana agar Rudy dapat memahami maksud didalamnya.
Sebagai contoh saat berusia 3 tahun, Rudy menanyakan alasan ayahnya menggabungkan dua jenis pohon yang berbeda menjadi satu.
Alwi yang dulu menjabat sebagai landbouwconsulent atau setara dengan Kepala Dinas Pertanian di Pare Pare, Sulawesi Selatan, kerap berhubungan dengan dunia tanaman.
Baca Juga: Tak Lekang oleh Waktu, Kisah Cinta BJ Habibie pada Sang Kekasih Hati Ainun Kekal di Keabadian
Tak kehabisan akal, dengan penuh keseriusan dan pengertian dia menjawab pertanyaan itu dengan jawaban sederhana.
“Papi sedang melakukan eksperimen, jadi kita bisa menemukan jawaban dari percobaan. Nah, ini namanya setek. Batang yang di bawah itu adalah mangga yang ada di tanah kita, tapi rasanya tidak seenak mangga dari Jawa. Jadi, batang Mangga dari jawa, Papi gabungkan dengan batang yang di bawah ini”, kata ayahnya.
Alwi menjelaskan dengan bahasa yang sederhana agar anaknya paham.
Itulah yang selalu dilakukan oleh sang ayah setiap kali Rudy mengajukan pertanyaan.
Bukannya dijawab asal, ayahnya menjawab dengan serius namun tentunya dengan bahasa yangmudah dipahami.
Berkat kebiasaan itu rasa ingin tahu Rudy makin berkembang hingga dirinya dewasa.
Bukan Ainun cinta pertama BJ Habibie adalah buku
Ayahnya yang tak selalu bisa mendampinginya, membuat Rudy harus mencari sendiri jawaban atas pertanyaannya.
Baca Juga: Indonesia Berduka Atas Kepergian BJ Habibie, Ternyata Ini Sosok Penerus Eyang!
Tekadnya itu membuatnya mahir membaca sejak usia 4 tahun.
Di usia yang belia itu Rudy sudah membaca banyak buku.
Secara tidak langsung bisa dikatakan cinta pertama Rudy adalah buku.
Buku menjadi bagian penting dalam kehidupannya.
Tak membatasi dirinya sendiri, segala buku dilahap oleh Bapak Demokrasi Indonesia ini.
Buku-buku karya Leonardo Da Vinci dan buku fiksi ilmiah karya Jules Verne menjadi buku-buku favorit Rudy.
Tak hanya yang berbahasa Indonesia Rudy juga membaca buku berbahasa Belanda.
Kegemarannya membaca makin menjadi.
Rudy kerap menghabiskan waktunya lebih banyak dalam kamar.
Akibatnya dia harus dipaksa untuk keluar dari kamarnya.
Bahkan karena jarang berkomuniksi dengan orang lain Rudy sempat mengalami gagap dalam berbicara.
Dunia literasi dan sains lekat dengan hidupnya
Penanaman kebiasaan membaca dirumah adalah salah satu trik yang dilakukan Alwi untuk agar rasa ingin tahu anaknya dapat berkembang.
Bagaimana Alwi memberi jawaban pada anaknya pun menjadi contoh metode bagaimana membangun budaya literasi dan sains dibangun dalam sebuah keluarga.
Berkat ketelatenannya Rudy tumbuh mnejadi anak yang mampu memecahkan masalah dan mencari solusinya.
Hal ini tentu sangat penting dalam dunia pendidikan.
Saat peluncuran buku biografinya “Rudy, Kisah Masa Muda Sang Visioner” (12/10/2015) BJ Habibie mengatakan: "Saya dari lahir, cuma butuh tidur empat jam, selebihnya yang dua puluh jam, panca indera saya menyerap lingkungan sekitar dan bertanya-tanya," kata Habibie dilansir dari Kompas.com
Lucunya, Rudy kecil akan menangis jika pertanyaan yang ada dibenaknya tak menemukan jawaban.
(*)