Usai Dibuat Was-was dengan Kemunculan B.1.1.7, Kini Muncul Mutasi Covid-19 N439K, Lebih Berbahaya dan Bisa 'Akali' Vaksin

Sabtu, 13 Maret 2021 | 06:45
(KOMPAS.com/NURWAHIDAH)

Ilustrasi virus corona (Covid-19)

GridHype.ID - Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia ( IDI) Daeng M Faqih meminta masyarakat untuk mewaspadai adanya mutasi virus corona, yaitu N439K.

Hal ini disampaikannya saat jumpa pers di Sekretariat PB IDI, Jakarta Pusat, Rabu (10/3/2021).

"Belum lama ini pemerintah mengumumkan varian B.1.1.7 dan di dunia telah terdapat varian baru lagi yang berkembang ditemukan di lnggris yakni N439K," kata Daeng dalam keterangan tertulis, Rabu (10/3/2021).

Baca Juga: 1,1 Juta Dosis Penawar Virus Corona dari Inggris Tiba di Tanah Air, Apa Bedanya Vaksin AstraZeneca dengan Buatan China Sinovac?

Daeng menyampaikan, mutasi N439K ini sudah ditemukan di 30 negara.

Empat kasus mutasi Covid-19 B117 sebelumnya ditemukan di Indonesia, Senin (8/3/2021).

Mengingatkan ada ancaman baru N439K, Daeng mengatakan varian baru Covid-19 ini lebih berbahaya.

Ia mengkhawatirkan jika sampai di Indonesia, virus tersebut akan cepat menyebar.

"Saat ini ada virus (Corona) baru, sifatnya berbeda dari virus yang pernah ada, dengan kecepatan mutasi yang cepat."

Menanggapi hal ini, masyarakat diimbau untuk berhati-hati, tetap menjaga kesehatan, dan mematuhi protokol yang ada.

Ia mengatakan, penggunaan masker dengan baik dan benar 90 persen dapat mencegah penularan virus corona.

"Meskipun ada risiko hingga 10 persen keluarnya droplet dan microdroplet dengan pemakaian masker dalam jangka waktu yang lama," ucapnya.

Baca Juga: Terpapar dengan Cara Tak Terduga, Rina Nose Ngaku Dinyatakan Positif Covid-19 Usai Tersedak Nasi

Untuk menekan laju penularan, Daeng mengimbau bagi yang memiliki komorbiditas (penyakit penyerta) yang rentan, disarankan untuk melakukan kontrol kesehatan secara rutin, untuk menghindari dampak fatal dari terpaparnya Covid-19.

Daeng juga menekankan masyarakat untul tidak menyepelekan pemakaian masker, khususnya masker bahan.

Ia mengimbau untuk memakai masker yang berstandar kesehatan atau dilapis tiga.

Mampu Mengakali Vaksin

Munculnya strain baru Covid-19 yang disebut N439K dan telah ditemukan di 30 negara, membuat banyak pihak meningkatkan kewaspadaan.

Strain baru ini pun dianggap lebih 'pintar' jika dibandingkan strain lainnya.

Lalu bagaimana tanggapan ahli mengenai kemunculan strain baru Covid-19 ini?

Epidemiolog Universitas Griffith Dicky Budiman mengatakan, mutasi N439K ini juga terkandung dalam varian B.1.258∆ yang ditemukan pada sebagian negara Eropa.

Baca Juga: Menuju Kehidupan Normal Usai Diserang Virus Corona, Sekolah di Inggris Akan Dibuka Kembali

"Varian B.1.258∆ yang ditemukan di sebagian negara Eropa juga mengandung mutasi N439K pada protein Spike," jelas Dicky kepada Tribunnews, Kamis (11/3/2021) siang.

Strain ini lebih menempel dan mengikat lebih kuat ke reseptor ACE2 manusia yang bertindak sebagai 'pintu masuk' virus untuk memasuki sel inang.

Kemudian, strain ini disebut bisa menghindari kekebalan terhadap antibodi, bahkan vaksin.

"Substitusi N439K meningkatkan afinitas pengikatan ke reseptor ACE2."

"Dan telah terbukti memfasilitasi virus dapat menghindari kekebalan dari antibodi monoklonal."

"Serta dari serum poliklonal pada orang yang sembuh dari infeksi."

"Kemudian (mampu) mengakali respons antibodi, termasuk terapi atau vaksin," beber Dicky.

Baca Juga: Sudah Masuk ke Indonesia, Inilah Sederet Gejala dari Mutasi Virus Corona B.1.1.7 yang Perlu Kamu Ketahui

Ia pun menjelaskan, terkait penyebarannya, varian yang didalamnya terkandung mutasi N439K ini memiliki kemiripan dengan Covid-19 yang pertama kali ditemukan di Wuhan, Cina.

Oleh karena itu disebut sebagai wild virus, karena mampu menyebarkan penyakit.

"Varian yang membawa mutasi N439K mirip dengan novel coronavirus tipe liar dari Wuhan dalam kemampuannya menyebarkan dan menyebabkan penyakit," terang Dicky.

Namun yang perlu dicatat adalah strain baru ini mampu mengikat lebih kuat pada reseptor ACE2 manusia.

B117 Tak Ganas tapi Cepat Menular

Melansir dari Wartakota, Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengatakan, Virus Corona adalah tipe virus RNA (ribonucleic acid), yang secara alami mudah mengalami mutasi.

Mutasi merupakan kemampuan virus untuk bertahan hidup, sehingga mutasi Virus Corona dari Inggris bernama B117 yang masuk ke Indonesia, tak mengherankan.

"Hingga saat ini, kami belum mendapatkan bukti ilmiah bahwa virus mutasi Covid-19 ini lebih tinggi tingkat keganasannya dibanding virus Covid-19 yang awal."

Baca Juga: Digadang-gadang Mampu Tangkal Varian Inggris B.1.1.7, Kini Bisakah Vaksin Sinovac Efektof Tangkal Varian Brasil?

"Namun, dari beberapa penelitian di negara lain menunjukkan varian virus baru ini lebih cepat menular," ujar Nadia seperti dikutip dari keterangan Kemenkes, Jumat (5/3/2021).

Ia melanjutkan, mutasi terjadi pada bagian tanduk atau spike dari virus yang menyebabkan virus lebih mudah masuk ke sel sasaran, sehingga penularannya akan lebih cepat dibanding varian yang lama.

Kecepatan penularan mutasi virus tersebut tidak menyebabkan bertambah parahnya penyakit, namun penelitian terkait varian baru ini terus dilakukan.

Para peneliti yang mendalami virus Corona B117 mengonfirmasi efektivitas inokulasi terhadap virus masih ada di level yang bisa diterima, sehingga sejauh ini belum mengganggu kinerja vaksin.

“Vaksin yang sekarang digunakan pemerintah masih efektif untuk mencegah penularan mutasi virus, sehingga tidak akan mempengaruhi kekebalan kelompok,” jelas dr Nadia.

Kemenkes mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan tidak perlu resah, namun harus tetap waspada.

Menjelang libur panjang akhir pekan ini, diharapkan masyarakat menahan diri tidak bepergian.

Baca Juga: BERITA TERPOPULER: Uang Miliaran di ATM Hotman Paris Nganggur Sampai Virus Corona B117 Masuk ke Indonesia

"Kami mengimbau masyarakat harus lebih waspada dan disiplin menerapkan protokol kesehatan harus lebih diperketat."

"Serta menyukseskan program vaksinasi Covid-19," pesan perempuan berhijab ini.

Sementara, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kemenkes dr Slamet MHP mengatakan, tes swab PCR maupun antigen yang ada, efektif mendeteksi varian baru Corona B117.

Dia melanjutkan, karakter dari varian mutasi B117 ini tidak terbukti lebih parah infeksinya dari jenis asli virus SARS-COV-2.

“Belum ada hasil penelitian yang mengatakan varian ini lebih ganas dan menyebabkan sakit yang lebih parah."

"Virus ini tetap dapat di deteksi dengan swab antigen dan swab PCR,” ujar dr Slamet, dikutip dari keterangan Kemenkes, Jumat (5/3/2021).

Pemerintah terus berupaya mencegah varian baru Corona B117 meluas di Tanah air.

Baca Juga: 'Rasanya Luar Biasa', Curahan Hati Warga New York Saat Bioskop Dibuka Kembali Setelah Hampir Satu Tahun Ditutup

Salah satunya, memastikan untuk terus memperkuat upaya 3T (Testing, Tracing, dan Treatment).

Temuan ini menunjukkan kemampuan dan kapasitas dari laboratorium Balitbangkes dalam melakukan metode Whole Genome Sequencing (WGS).

“Mutasi virus corona B.1.1.7 yang terdeteksi pertama di Inggris betul telah terdeteksi di Indonesia."

"Mutasi virus ini lebih menular, orang yang terinfeksi varian ini juga dapat menularkan virus dalam jumlah yang lebih besar,” paparnya.

Ia juga menjelaskan kegiatan WGS ini merupakan salah satu bagian dari kegiatan surveilans genom virus SARS-COV-2, yang telah dilakukan sejak virus ini masuk ke Indonesia.

Data hasil pemeriksaan genom ini diunggah ke repository Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID).

Baca Juga: Mutasi Virus Corona Dikabarkan Cepat Menular, Kemenkes Sebut B117 Tidak Ganas: Kami Belum Mendapatkan Bukti Ilmiah...

Kemenkes menerima informasi adanya dua kasus positif Covid-19 dengan mutasi virus corona dari Inggris atau B 117, pada Senin 1 Maret 2021.

Dua kasus tersebut merupakan hasil temuan dari 462 sampel yang diperiksa.

Mutasi Virus Corona B117 sebelumnya pertama kali diumumkan di Inggris pada Desember 2020.

(*)

Tag

Editor : Ruhil Yumna

Sumber Wartakota, Kompas