GridHype.ID - Selama pandemi Covid-19, nama mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto jadi sosok yang dicari-cari.
Pasalnya, pernyataan Terawan Agus sempat blunder di awal pandemi Covid-19 masuk ke Indonesia.
Bahkan setelah kejadian itu, selama menjabat sebagai Menkes, Terawan Agus tak banyak memberikan pernyataan.
Baca Juga: Jadi Barang Wajib untuk Cegah Penularan Covid-19, Ternyata Limbah Masker Berpotensi Tularkan Virus
Padahal kehadirannya sangat dinantikan masyarakat untuk menjabarkan program kerja pemerintah dalam menangani pandemi Covid-19.
Di bulan Desember 2020, Presiden Jokowi akhirnya mengganti Terawan dengan Budi Gunadi Sadikin.
Semenjak tidak menjadi pejabat publik, dokter Terawan kembali menjadi perbincangan masyarakat.
Pasalnya, dokter Terawan membuat kejutan dengan menghadirkan vaksin buatannya yang dinamakan Vaksin Nusantara.
Ia bahkan memberikan klaim vaksin tersebut dapat memberikan kekebalan seumur hidup dalam sekali suntik.
Dilansir dari GridHealth, Terawan bekerja sama dengan Aivita Biomedical Corporation dari Amerika Serikat dan juga dengan Universitas Diponegoro dan Rumah Sakit Kariadi membuat sebuah vaksin baru untuk melawan virus corona.
Terawan menjelaskan, Vaksin Nusantara ini mewujudkan vaksin berbasis dendritic cell.
Lalu seperti apakah sebenarnya vaksin Nusantara itu?
Dilansir dari Tribun Jogja, pengembangan Vaksin Nusantara dengan metode sel dendritik autolog atau komponen sel darah putih disebut menjadi yang pertama kali di dunia untuk Covid-19.
Dosen dan peneliti Vaksin Nusantara, Dr Yetty Movieta Nency, mengatakan sebenarnya metode sel dendritik autolog ini bukan merupakan hal yang baru.
Sebab, di luar negeri metode ini telah digunakan untuk pengobatan penyakit melanoma atau kanker kulit.
"Sel dendritik sudah lama dipakai. Di luar negeri untuk vaksin penyakit lain, bukan hal baru. Tapi karena ada Covid ini kita adopt. Di luar negeri untuk penyakit melanoma dan imun lainnya. Dengan sel dentritik hasilnya bagus. Di Indonesia ini baru pertama kita kenalkan. Kalau untuk Covid-19 bisa dibilang pertama kali di dunia," kata Yetty di RSUP Kariadi Semarang, Kamis (18/2/2021).
Ia menjelaskan penelitian Vaksin Nusantara menggunakan metode sel dendritik autolog ini bersifat personal.
"Sel dendritik autolog merupakan komponen dari sel darah putih yang dimiliki setiap orang lalu dipaparkan dengan rekombinan antigen protein S dari SARS-COV-2," katanya.
Namun Vaksin Nusantara ini menimbulkan tanda tanya tersendiri bagi Ketua Dewan Pertimbangan PB IDI Prof Zubairi Djoerban.
Melalui akun Twitter-nya, Zubairi mempertanyakan klaim Vaksin Nusantara yang konon bisa memberikan antibodi seumur hidup dalam sekali suntik.
"Vaksin Nusantara diklaim menciptakan antibodi seumur hidup. Mana buktinya?"
"Data uji klinis fase duanya saja belum ada, apalagi fase tiga. Jadi, jika mau bicara klaim, tentu harus dengan data. Harus dengan evidence based medicine. Jangan membuat publik bingung," ujar Zubairi.
Ketua Satgas IDI tersebut juga meminta agar proses uji klinis yang dijalani Terawan harus transparan.
"Bahkan para ahli dunia pun belum bisa menjawab apakah vaksin Moderna atau Sinovac atau Pfizer antibodinya tahan berapa lama."
"Tidak ada itu klaim yang mereka sampaikan bahwa antibodi dari vaksin-vaksin tersebut bisa bertahan enam bulan, satu tahun, apalagi seumur hidup."
"Sekali lagi, saya mendukung upaya eradikasi, seperti vaksin. Tapi perlihatkan kepada publik datanya. Biar tak gaduh," tukas Zubairi.
(*)