Gridhype.id- Sejak kasus pertama Covid-19 ditemukan di Wuhan, China pada Desember 2019 lalu, hingga kini para ilmuwan masih mencari obat dari virus paling baru corona.
Virus yang sudah menjangkit di berbagai negara di dunia ini memberikan dampak ekonomi yang sangat kuat terhadap masing-masing negara.
Bahkan beberapa negara baik di Asia maupun Eropa dikabarkan mengalami defisit termasuk Indonesia.
Beberapa waktu lalu, World Health Organization (WHO) telah menurunkan sejumlah tim ahli untuk menelusuri asal usul Covid-19 di China.
Namun hasil penyelidikan WHO justru memicu amarah.
Melansir dari Kompas.com, WHO dituduh 'menutupi' asal usul Covid-19 di China, lantaran disebutkan virus corona tidak berasal dari pasar makanan laut atau kebocoran laboratorium di Wuhan.
Sebelumnya diketahui, pada masa-masa awal Covid-19 ditemukan, ada beberapa dugaan yang menyebut jika asal-usul Covid-19 yang muncul pertama di Wuhan itu berasal dari hewan yang dijual di Pasar Makanan Laut Huaanan dan menular ke menusia.
Dugaan kainnya adalah virus Covid-19 muncul dari adanya kebocoran laboratorium di Institut Virologi Wuhan yang kemdian menyebar semakin luas.
Kedua dugaan tersebut lantas mendatangkan protes dan bantahan dari pemerintah China.
Melansir The Sun pada Rabu (10/2/2021), temuan WHO tampaknya sebagian besar mendukung protes Partai Komunis bahwa virus itu mungkin berasal dari luar perbatasannya dan penyangkalan berulang atas kecelakaan laboratorium.
Baca Juga: Sudah Terima Vaksin Covid-19 Meski Bukan Nakes, ini Dia Sosok Helena Lim Crazy Rich PIK yang Viral
Hal itu bisa hanya akan memicu tuduhan bias "China-sentris" oleh WHO yang telah dilobi dengan keras oleh AS.
Meski menawarkan penjelasan lebih lanjut, tim WHO mengakui bahwa mereka gagal mengidentifikasi sumber asli wabah Covid-19.
"Mengingat kehancuran ekonomi global dan jumlah kematian yang disebabkan oleh pandemi ini, tidak pernah lagi negara yang bertanggung jawab atas wabah dibiarkan menghalangi penyelidikan internasional selama 12 bulan penuh," ujarnya.
Ilmuwan WHO muncul bersama dengan para ilmuwan China saat meragukan pasar makanan laut Wuhan sebagai sumber asli dan menolak kemungkinan sumber berasal dari kebocoran laboratorium dengan mengatakan "sangat tidak mungkin".
Dr Peter Ben Embarek, Kepala Misi WHO, mengatakan, "Hipotesis insiden laboratorium sangat tidak mungkin menjelaskan masuknya virus ke dalam populasi manusia."
"Oleh karena itu, tidak ada dalam hipotesis yang akan kami sarankan untuk penelitian di masa depan," ucapnya.
Sebaliknya, tim tersebut menawarkan penjelasan spekulatif termasuk kemungkinan melompatnya virus dari hewan ke manusia di tempat lain, atau bahkan mungkin telah melewati batas makanan beku.
WHO menyimpulkan bahwa virus kemungkinan berpindah ke manusia dari hewan, tetapi sekarang pertanyaannya adalah di mana hal ini terjadi karena ada keraguan terhadap pasar makanan laut sebagai sumber penularan aslinya.
Tim juga mengakui virus itu mungkin telah beredar di wilayah lain di China "beberapa pekan" sebelum diidentifikasi, ketika virus telah menyebar di pasar makanan laut di Wuhan.
Dr Ben Embarek mengatakan, penyelidikan WHO telah mengungkap informasi baru, tetapi tidak secara dramatis mengubah gambaran wabah tersebut.
Dia menambahkan pekerjaan untuk mengidentifikasi asal-usul virus corona ke reservoir alami kelelawar, tetapi kecil kemungkinan mereka berada di Wuhan.
Pakar WHO juga mengatakan akan bermanfaat untuk mengeksplorasi, apakah hewan liar yang dibekukan di pasar dengan kondisi yang tepat dapat kondusif untuk penyebaran virus corona yang cepat.
Menurut laporan, tim WHO hanya menghabiskan waktu satu jam di pasar makanan laut di Wuhan, di mana banyak kelompok infeksi pertama yang dilaporkan muncul lebih dari setahun yang lalu.
Untuk diketahui kasus positif Covid-19 di dunia menurut data yang dihimpun daria Covid19.go.id terkonfirmasi ada 106.125.682 kasus dengan kasus meninggal dunia mencapai 2.320.497 per tanggal 9 Februari 2021.
Sedangkan di Indonesia, berdasarkan data terbaru yang masuk pada Selasa (9/2) tercatat ada 1.174.779 kasus positif Covid-19, dengan pasien smebuh sebanyak 973.452 orang, dan meninggal dunia mencapai 31.976 jiwa.
(*)