Bedah Jasad Korban Virus Corona, Peneliti Kaget Temukan Kerusakan yang Sama dengan Wabah SARS

Rabu, 04 Maret 2020 | 12:40
pixabay.com

Wabah virus corona (ilustrasi)

GridHype.ID - Sampai Kamis (4/3/2020), 76 negara telah mengonfirmasi kasus virus corona pertamanya.

Tercatatsekitar 92.860 orang terinfeksi,3.162 meninggal dunia dan48.252 orang sembuh.

Di antara banyaknya kasus yang terjadi, China menjadi negara yang paling parah terinfeksi.

Baca Juga: Kata BPJS Kesehatan Soal Biaya Perawatan Pasien Positif Corona, Semua Dijamin tapi dengan Syarat

Peneliti China pun akhirnya melakukan otopsi untuk mengetahui bagian dalam tubuh korban yang meninggal akibat virus corona.

Hasilnya pun mengejurkan, ilmuwan temukan hal-hal yang selama ini belum pernah kita ketahui.

Laporan yang diterbitkan oleh jurnal media Inggris, The Lancet ini berdasarkan otopsi yang dilakukan para ahli dari Pusat Medis Kelima Rumah Sakit Umum, Tentara Pembebasan Rakyat di Beijing.

Baca Juga: Bukannya Menangkal Virus, Penggunakan Hand Sanitizer Berlebihan Justru Picu Risiko Lain

Mereka memperoleh sampel biopsi dan otopsi, dari seorang pria berusia 50 tahun yang meninggal akhir Januari lalu akibat virus corona.

Hasilnya ilmuwan temukan situasi yang mirip dengan wabah SARS, penyakit yang pernah menyerang China Selatan tahun 2002-2003.

Pada saat itu SARS menewaskan lebih dari 800 orang dan lebih dari dua lusin negara saat itu juga merasakan dampak dari wabah tersebut.

Baca Juga: 16 Pasien Corona di Vietnam Sembuh dan Boleh Pulang, Pemerintah Setempat Ungkap Cara yang Dilakukan

Sementara itu wabah MERS mewabah tahun 2012, pertama kali diidentifikasi di Arab Saudi menyebabkan 860 kematian secara global.

Pria yang diotopsi di Beijing itu memiliki gejala awal pada 14 Januari kemudian meninggal dua mingggu kemudian.

Setelah itu dia mendonasikan tubuhnya untuk bahan penelitian jika dirinya meninggal, namun akhirnya dia benar-benar tewas.

Baca Juga: Terjadi Dua Kali dalam Setahun, Jakarta Alami Hari Tanpa Bayangan Siang Ini

Kemudian setelah ilmuwan melakukan penelitin dengan otopsi temukan pada alveoli di kedua paru-parunya mengalami kerusakan.

Juga ditemukan cedera pada hatinya yang kemungkinan disebabkan oleh virus corona.

Ada kerusakan yang kurang substansial pada jaringan jantung, menunjukkan bahwa infeksi "mungkin tidak secara langsung merusak jantung."

Peneliti mengatakan, bahwa pengobatan antiinflamasi yang direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tidak boleh secara rutin digunakan di luar uji klinis.

Baca Juga: Positif Terjangkit, Begini Kronologi Warga Depok yang Tertular Virus Corona dari Orang Jepang

Wa Fu-sheng dan Zhao Jingmin dua rekan penulis itu tidak mampu menghadapi kometar lebih lanjut.

Tapi mereka mencatat dalam penelitian ini bahwa tidak ada patologi yang ditemukan, sebelum kasus virus corona.

Wabah ini telah menyebabkan sekitar 74.000 orang terinfeksi dan lebih dari 2.000 orang meninggal, sementara yang disembuhkan sekitar 16.000 orang.

Lebih dari 25 negara telah melaporkan infeksi virus corona, dan memicu kekhawatiran bahwa wabah tersebut oleh WHO digolongkan sebagai darurat global.

Baca Juga: Pernikahan Sule dengan Pramugari Kabarnya Batal, sang Kuasa Hukum Beberkan Alasannya

Sebuah studi terpisah yang diterbitkan dalam The Lancet oleh para spesialis dari University of Edinburgh pada 7 Februari berpendapat bahwa, tentang penggunaan kortikosteroid.

Suatu kelas hormon steroid banyak digunakan selama wabah SARS dan MERS dan telah dicoba pada pasien virus corona baru.

Studi pengamatan menyarankan penggunaannya untuk mengurangi peradangan dapat menyebabkan komplikasi termasuk diabetes, kematian jaringan tulang dan penundaan pengangkatan virus.

Baca Juga: Merapi Kembali Erupsi, Wirang Birawa Sempat Posting Peta Pulau Jawa, Tapi Kok Putih Semua?

Lima ilmuwan China yang dipimpin oleh Lianhan Shang dari Universitas Pengobatan China Beijing, menerbitkan tanggapan terhadap penelitian yang mendorong penggunaaan kortikosteroid dalam kasus tertentu.

Tanggapan ini mengakui risiko penggunaan kortiskosteroid dosis tinggi pada pasien virus corona, termasuk potensi infeksi lainnya.

Tapi mungkin dibenarkan untuk pasien yang sakit kritis dengan peradangan yang signifiasinnya terletak di paru-paru mereka.

Artikel ini pernah tayang di Intisari dengan judul Dua Orang Indonesia Positif Corona, Peneliti Terkejut Ketika Bongkar Jenazah Korban Virus Corona, Mereka Temukan Organ Dalamnya Kondisinya Mengerikan, Bagian Inilah yang 'Rusak'

(*)

Tag

Editor : Linda Fitria

Sumber Intisari