Mereka kemudian dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan kalori saat makan pagi, yakni kurang dari 5 persen, antara 5 dan 20 persen, atau lebih dari 20 persen.
Tercatat, hanya sekitar 3 persen orang yang termasuk dalam kategori pertama.
Artinya, mereka melewatkan sarapan dan hanya mengonsumsi kopi, jus, atau minuman lain.
Sekitar 69 persen orang mengonsumsi sarapan rendah kalori seperti roti bakar atau kue kecil, sedangkan 28 persen sisanya makan makanan besar.
Dari analisis tersebut, para peneliti menemukan, kategori tidak sarapan dan sarapan rendah kalori berkaitan dengan beberapa faktor risiko penyakit jantung.
Orang yang sarapan kurang dari 5 persen dari kalori harian tercatat 2,5 kali lebih mungkin mengalami aterosklerosis.
Tampak pada arteri mereka, bercak atau tanda awal plak di lokasi yang berbeda.
Serupa, orang dengan sarapan sedikit, juga memiliki tanda-tanda awal plak pada arteri.
Dua kondisi itu berbeda dengan mereka yang makan sarapan paling banyak, yakni dengan kalori lebih dari 20 persen dari kalori harian.
Bukan hanya itu, penelitian turut menyampaikan, orang yang melewatkan sarapan rata-rata memiliki lingkar pinggang terbesar dan indeks massa tubuh, tekanan darah, kolesterol, serta kadar glukosa puasa tertinggi.
Tak banyak karbohidrat olahan saat sarapan
Masih dari laman Eat This, penderita kolesterol tinggi dapat mulai rutin mengonsumsi makanan kaya nutrisi saat pagi hari, dengan mengurangi asupan karbohidrat olahan.