Saat tinggal dan bekerja di Mars, kru akan berada di sekitar sepertiga dari gravitasi Bumi sehingga saat kembali ke Bumi, kru harus beradaptasi kembali dengan gravitasi Bumi.
Transisi dari satu medan gravitasi ke medan gravitasi lainnya lebih sulit daripada yang kita bayangkan.
Kondisi ini memengaruhi orientasi spasial, koordinasi kepala-mata dan tangan-mata, keseimbangan, dan penggerak, dengan beberapa anggota awak mengalami mabuk perjalanan luar angkasa.
Mendaratkan pesawat ruang angkasa di Mars bisa menjadi tantangan karena para astronot harus menyesuaikan diri dengan medan gravitasi benda angkasa lain.
Saat beralih dari keadaan tanpa bobot ke gravitasi, astronot mungkin mengalami intoleransi ortostatik pascapenerbangan yang menyebabkan mereka tidak dapat mempertahankan tekanan darah saat berdiri sehingga mengakibatkan pusing dan pingsan.
NASA telah mempelajari bahwa tanpa pengaruh gravitasi Bumi pada tubuh manusia, tulang yang menahan beban kehilangan rata-rata 1 persen hingga 1,5 persen kepadatan mineral per bulan selama penerbangan luar angkasa.
Setelah kembali ke Bumi, keropos tulang mungkin tidak sepenuhnya diperbaiki dengan rehabilitasi, namun risiko patah tulang mereka pun tidak lebih tinggi.
Tanpa diet yang tepat dan rutinitas olahraga, astronot juga kehilangan massa otot dalam gayaberat mikro lebih cepat daripada di Bumi.
Selain itu, cairan dalam tubuh bergeser ke atas ke kepala dalam gaya berat mikro, yang dapat menekan mata dan menyebabkan masalah penglihatan.
Selain itu, kru mungkin mengalami dehidrasi dan peningkatan ekskresi kalsium dari tulang mereka.
Jika tindakan pencegahan atau penanggulangan tidak diterapkan, kru mungkin mengalami peningkatan risiko batu ginjal.