Meski begitu, para ilmuwan juga memperingatkan bahwa kemungkinan risikonya akan meningkat dalam konteks pemanasan global.
Artinya, ketika tindakan pencairan permafrost akan terus meningkat, maka akan lebih banyak orang yang akan menghuni Kutub Utara.
Dilansir dari First Post, virus tertua dari daftar virus ini telah diidentifikasi sebagai Pandoravirus yedoma.
Yakni virus beku yang diidentifikasi mampu kembali ke keadaan menginfeksi organisme lain.
Sedangkan virus bernama Cedratviruses diekstraksi dari Sungai Lena Rusia, semenanjung Kamchatka, dan dari lumpur yang mengalir ke Sungai Kolyma.
Selain itu, ada pula satu sampel Pithovirus yang dikumpulkan dari sejumlah besar wol mammoth.
Varian lain dari Pacmanvirus, yang dikaitkan dengan beberapa kasus demam babi di Afrika, dilaporkan ada di sisa-sisa usus beku serigala Siberia yang berusia 27.000 tahun.
Dalam studi yang ada, peneliti menyebutkan bahwa setiap kenaikan suhu satu derajat Celsius, terdapat sekitar 1,5 juta mil persegi permafrost yang bisa mencair.
Juga melepaskan gas berbahaya, seperti karbon dioksida dan metana ke udara, dari tumbuhan dan hewan yang sudah membeku dan terperangkap ribuan tahun di bekuan es.
(*)