Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju, saat ini angklung banyak digunakan dalam berbagai pertunjukan.
Pertunjukan angklung kera dilakukan oleh tokoh angklung nasional yaitu Daeng Soetigna dalam perundingan Linggarjati 1946.
Tidak heran jika angklung menjadi salah satu alat musik tradisional yang lekat kaitannya dengan proklamasi kemerdekaan.
Dirinya berhasil menciptakan angklung dengan tangga nada diatonik, sehingga mampu dimainkan bersamaan dengan alat musik lain secara harmonis.
Pelestarian terhadap angklung hingga saat ini masih terus berlanjut, salah satunya dilakukan oleh murid Daeng Soetigna yang bernama Udjo Ngalegena.
Perkembangan angklung sebagai alat tradisional yang begitu berkesan bagi Indonesia membuat UNESCO akhirnya menetapkan sebagai warisan budaya pada tahun 2010.
Dilansir dari tribunnews.com, biasanya tabung angklung dibuat dengan ukuran yang berbeda-beda.
Hal ini dilakukan untuk dapat menentukan nada pada angklung tersebut.
(*)