Jika berkaitan dengan waktu terbit, maka fenomena ini juga berpengaruh terhadap waktu terbenamnya Matahari.
Waktu terbenamnya Matahari (magrib) dan waktu isya sekaligus akhir senjaastronomis (awal malam astronomis) juga lebih cepat dibandingkan hari-hari lainnya.
Hal tersebut akan terasa jelas pada wilayah Utara Indonesia.
Fenomena yang berkaitan erat dengan perata waktu ini dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu kemiringan sumbu Bumi dan kelonjongan orbit Bumi.
Kemiringan Sumbu Bumi
Saat kemiringan sumbu Bumi menjauhi titik seimbang menuju simpangan maksimumnya (September-Desember dan Maret-Juni), Matahari akan transir lebih cepat.
Sedangkan, saat kemiringan sumbu Bumi menjauhi simpangan maksimum menuju titik setimbang (Juni-September dan Desember-Maret), Matahari akan transit lebih lambat.
Kelonjongan Orbit Bumi
Kelonjongan orbit Bumi ini terjadi saat orbit Bumi tidak sepenuhnya lingkaran sempurna, namun berbentuk elips dengan kelonjongan 1/60.
Keadaan ini juga biasanya disebut dengan aphelion.