Hal ini mengakibatkan pemerintah Belanda membuat kebijakan agar perempuan Eropa mau mendalami dan membekali diri dengan adat setempat.
Kebijakan tersebut mendorong Njonja atau perempuan Eropa, memiliki peran ganda sebagai orangtua dari anaknya dan orangtua dari pelayan Jawanya.
Njonja juga dituntut untuk dapat belajar Bahasa Melayu, dan mengenakan pakaian adat setempat.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul "Sejarah Kebaya, Pakaian Tradisional Jawa dalam Gerakan Kebaya Goes to Unesco"
(*)