Setelah kejadian itu, Yuliani menuturkan, siswi tersebut meminta izin ke toilet sekolah. Di dalam toilet, siswi itu menangis selama sekitar 1 jam.
”Anak itu buka pintu toilet dalam kondisi sudah lemas, terus dibawa ke UKS (Usaha Kesehatan Sekolah)."
"Setelah itu, baru dipanggilkan orangtuanya,” kata Yuliani, yang menjadi pendamping siswi tersebut.
Sementara itu,Agung Istianto, kepala SMA Negeri 1 Banguntapan, Bantul Yoyakarta juga menceritakan kronologi versi dirinya.
Mengutip Tribunnews.com, ia mengatakan tidak ada pemaksaan penggunaan Jilbab kepada siswi.
Menurut Agung, yang terjadi di sekolahnya adalah seorang guru Bimbingan Konseling (BK) dan dua guru lainnya memberikan tutorial pemakaian jilbab.
"Pada intinya sekolah kami tidak seperti yang ada di pemberitaan. Jadi sekolah kami tidak mewajibkan yang namanya jilbab, tuduhannya salah."
"(Sekolah) negeri kan tidak boleh mewajibkan jilbab," kata Agung usai memenuhi undangan pemanggilan di kantor Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) DIY, Senin (1/8/2022).
Agung mengklaim apa yang dilakukan guru BK terhadap korban dugaan pemaksaan sebatas memberikan bimbingan atau tutorial terkait pemakaian jilbab.
Ia jugamenyebut sudah ada komunikasi antara siswa dan guru sebelum dilakukan tutorial pemakaian jilbab dan siswi tersebut diklaim sudah mengiyakan.