Sejak petang atau menjelang sholat magrib, warga Polewali Mandar menyalakan puluhan lilin mulai dari dalam rumah, area tangga, kolong rumah, hinggga pekarangan rumah.
Lilin khusus yang terbuat dari biji kemiri dan kapas sebagai sumbu atau perekat tersebut mulai ditancapkan dan dinyatalakan sekitar pukul 17.30 Wita hingga sholat Isya atau tanda dimulainya Ramadhan tahun ini.
Lilin khusus dari kemiri tersebut dipasang secara berjejer di tangga, kolong rumah, dan pekarangan rumah, termasuk di pintu gerbang masuk rumah. Dinyalakannya puluhan lilin menjadi simbol ungkapan suka cita datangnya bulan suci Ramadhan yang penuh berkah dan ampunan.
Selain sebagai ungkapan suka cita, mandi cahaya menyambut Ramadhan juga bermakna sebagai motivasi agar tetap bersemangat dalam menjalankan ujian ibadah puasa selama Ramadhan.
Icha, salah satu warga setempat mengatakan, tradisi mandi cahaya setiap kali mneyambut Ramadhan dan lebaran sudah dilakukan secara turun temurun oleh warga setempat.
“Ini tradisi tahunan yang terus dilestarikan warga setiap tahun menjelang Ramadhan dan Lebaran.
Tradisi in merupakan slaah satu bentuk ungkapan suka cita warga menyambut Ramadhan,” jelas Icha.
Untuk membuat setiap rumah bermandikan cahaya lilin dari biji kemiri, terutama saat malam hari tidak sulit.
Kemiri yang melimpah di Polewali Mandar membuat warga bisa tetap melestarikan tradisi warga setempat tersebut.
Cara mebuatnya pun mudah. Biji kemiri tua yang telah dikupas kulitnya ditumbuk halus hingga menyatu dengan kapas kering.
Adonan biji kemiri dan kapas yang ditumbuk hingga menyatu, selanjutnya dibalutkan pada sebatang lidi yang terbuat dari pohon bambu tua.