Saat diwawancarai Kompas TV, Jusuf menjelaskan, usaha tersebut sudah dibuka sejak 6 Februari 2018, dengan sasaran fakir miskin dan duafa.
Usaha ini merupakan bentuk pengabdian dan rasa terima kasihnya kepada Tuhan, pungkasnya, dilansir dari Tribunnews.com.
"Mungkin secara matematika rugi, tetapi ini dagang yang paling untung. Karena harta yang kita sedekahkan ini adalah harta kita di akhirat nanti," ujar pria yang sudah memasuki usia kepala enam tersebut.
Lantaran harga yang murah dan laku keras, ia menjelaskan, konsep penjualan nasi kuning ini tidak mau mematikan usaha warung-warung sekitar.
"Kita harus beli dari mereka, harganya Rp 10-Rp 12.000," sambung Jusuf.
Caranya, Jusuf meminta penjual nasi kuning itu ikut menjaga di warungnya dan menerima uang sebesar Rp 3.000 setiap porsi dari pembeli.
Setelah itu ia akan menyubsidi sisanya.
"Jadi sedekah kita berkah untuk mereka, tapi doa mereka berkah untuk kita, dua-duanya happy," ucap Jusuf saat diwawancarai terpisah di acara Hitam Putih, Trans 7.
Menjadi mualaf di bawah tuntunan Buya Hamka
Pria yang terlahir dengan nama Alun Joseph ini hidup sederhana sejak kecil.
Bahkan, ia sempat berjualan es mambo di Masjid Istiqlal.