GridHype.ID - Harta kekayaan Raffi Ahmad memang tak perlu diragukan lagi.
Saking tajirnya, kekayaan Raffi Ahmad disebut-sebut tak akan habis tujuh turunan.
Karena itulah, Raffi Ahmad kerap dijuluki sebagai Sultan Andara.
Namun tak banyak yang tahu kalau sosok Sultan Andara sebenarnya bukanlah Raffi Ahmad loh.
Siapa sangka sosokinilah yang ternyatapantas dijuluki sebagai Sultan Andara.
Bahkan hal tersebutdiakui oleh suami Nagita Slavina.
Melansir GridHits.ID via GridPop.ID, diungkapkan Raffi Ahmad dan Nagita Slavina pernah bertemu dengan sosok sultan Andara sesungguhnya.
Sosok itu adalah Jusuf Hamka yang merupakan bos dari perusahaan jalan To Citra Marga Nusaphala Persada.
"Jadi guys ini Sultan Andara bohongan, ini Sultan Andara beneran," ujar Raffi Ahmad saat bertemu dengan Jusuf Hamka.
Baca Juga: Selama Ini Dapat Sebutan Sultan, Raffi Ahmad Ngotot Sebut Dirinya Cuman Pegawai 'PNS', Kok Bisa?
Bertemu dengan Raffi dan Gigi, Jusuf Hamka lalu menjelaskan alasannya membangun tol Andara khusus untuk Raffi.
Bahkan pengusaha yang akrab disapa Babah Alun ini berencana membuat jembatan gantung menuju rumah Raffi dan Gigi.
"Kalau perlu kita bikinin flyover, masuk," kata Jusuf Hamka.
"Waduh," ucap Raffi Ahmad merespon celetukan Jusuf Hamka.
Nagita dan Raffi langsung mengucap terima kasih kepada Jusuf Hamka karena mempermudah akses bebas hambatan dirinya jika ingin pulang ke Andara atau pun pergi ke luar rumah.
Keduanya berterima kasih karena tol yang dibangun oleh Jusuf Hamka, membuat akses perjalanan mereka lebih muda.
Lebih lanjut, pria keturunan tionghoa ini menambahkan akan segera memulai proyek tol baru dari Andara menuju Bogor.
"Kita abis ini lanjut lagi Tol Jagorawi dua jadi lewat Sawangan, Bojonggede terus nembus Bogor," beber Jusuf Hamka.
"Waah mantap pak," sahut Raffi Ahmad.
Pengusaha sukses yang dermawan
Melansir dari Kompas.com, Jusuf Hamka merupakan bos perusahaan jalan tol PT Citra Marga Nusaphala Persada.
Ia dikenal sebagai sosok pengusaha yang dermawan dan kerap membantu masyarakat yang kesusahan. Pada tahun 2018, ia sempat menjadi sorotan karena menjual nasi kuning beserta lauk-pauknya dengan harga Rp 3.000 per porsi.
Nasi kuning tersebut dijual di sebuah tenda bernama Warung Nasi Kuning Podjok Halal.
Saat diwawancarai Kompas TV, Jusuf menjelaskan, usaha tersebut sudah dibuka sejak 6 Februari 2018, dengan sasaran fakir miskin dan duafa.
Usaha ini merupakan bentuk pengabdian dan rasa terima kasihnya kepada Tuhan, pungkasnya, dilansir dari Tribunnews.com.
"Mungkin secara matematika rugi, tetapi ini dagang yang paling untung. Karena harta yang kita sedekahkan ini adalah harta kita di akhirat nanti," ujar pria yang sudah memasuki usia kepala enam tersebut.
Lantaran harga yang murah dan laku keras, ia menjelaskan, konsep penjualan nasi kuning ini tidak mau mematikan usaha warung-warung sekitar.
"Kita harus beli dari mereka, harganya Rp 10-Rp 12.000," sambung Jusuf.
Caranya, Jusuf meminta penjual nasi kuning itu ikut menjaga di warungnya dan menerima uang sebesar Rp 3.000 setiap porsi dari pembeli.
Setelah itu ia akan menyubsidi sisanya.
"Jadi sedekah kita berkah untuk mereka, tapi doa mereka berkah untuk kita, dua-duanya happy," ucap Jusuf saat diwawancarai terpisah di acara Hitam Putih, Trans 7.
Menjadi mualaf di bawah tuntunan Buya Hamka
Pria yang terlahir dengan nama Alun Joseph ini hidup sederhana sejak kecil.
Bahkan, ia sempat berjualan es mambo di Masjid Istiqlal.
"Dulu saya hidup karena ditolong orang. Dari sedekah orang. Saya jual es mambo, temen saya dulu omzetnya misalnya Rp 100.000, saya pulang bisa bawa Rp 130.000. Karena apa? Orang tuh duit lebihannya 'udah ambil deh' mereka sedekah, kasih infak ke saya. Gitu."
"Pembeli saya dulu kebanyakan jemaah Masjid Istiqlal. Saya dagang di Istiqlal, belum jadi mualaf. Itu saya masih (usia) 10 tahun. Saya bilang, kok orang Islam baik-baik ya," katanya.
Kecintaannya terhadap Islam terus-menerus berlanjut.
Di bulan Maret 1981, akhirnya Alun Joseph memiliki sebuah niat besar untuk menjadi seorang mualaf.
Ia kemudian menemui seorang ulama besar Buya Hamka di Al Azhar Jakarta.
Awalnya, ia hanya berniat untuk bercerita akan ketertarikannya untuk masuk Islam dan belajar tentang Islam.
Tetapi, ia justru dipaksa masuk Islam oleh Buya Hamka detik itu juga.
Alasannya, ulama tersebut takut berdosa.
"Saya bilang, saya mau nanya-nanya. Mau masuk Islam. Akhirnya disuruh Islam di situ secara langsung. Saya bilang, 'Kenapa maksa Buya?'," "Terus kata dia, bukannya Buya maksa, tetapi kalau kamu pulang, terus kamu meninggal, itu kafir dosanya Buya yang tanggung," kata dia bercerita.
"Oh gitu, ya udah deh, Buya. Akhirnya langsung baca syahadat, 'Udah kamu Islam', udah," tuturnya.
(*)